PUTRI RAJA Airlangga menolak menggantikan posisi ayahnya sebagai raja. Ia menolak menjadi raja dan memilih hidup sebagai petapa bernama Dewi Kili Suci. Nama asli putri Airlangga itu adalah Sanggramawijaya Tunggadewi, sebagaimana dicantumkan pada Prasasti Cane tahun 1021 sampai Prasasti Turun Hyang 1035.
Dewi Kili Suci memulai petualangannya sebagi pertapa dengan menjauh dari keramaian. Tokoh Dewi Kili Suci sendiri dikisahkan pada Cerita Panji sebagai sosok agung yang sangat dihormati. Prasetya Ramadhan pada bukunya "Sandyakala di Timur Jawa 1042 - 1527" menyebut Dewi Kili Suci sering membantu kesulitan pasangan Panji Inu Kertapati dan Galuh Candrakirana, keponakannya.
Baca juga: Runtuhnya Kerajan Singasari, Kertanegara Dibunuh saat Mabuk dan Diserang Dua Arah
Dewi Kili Suci juga dihubungkan dengan dongeng dan cerita legenda terciptanya Gunung Kelud. Dimana semasa muda, Dewi Kili Suci yang dilamar oleh seorang manusia berkepala kerbau bernama Mahesasura. Kili Suci bersedia menerima lamaran itu asalkan Mahesasura mampu membuatkannya sebuah sumur raksasa.
Sumur raksasa itu pun tercipta berkat kesaktian Mahesasura. Namun sayang, Mahesasura jatuh ke dalam sumur itu karena dijebak oleh Dewi Kili Suci. Para prajurit Kadiri atas perintah Kili Suci menimbun sumur itu dengan batu-batuan. Timbunan batu begitu banyak sampai menggunung, dan terciptalah Gunung Kelud. Oleh sebab itu, apabila Gunung Kelud meletus, daerah Kediri selalu menjadi korban, sebagai wujud kemarahan arwah Mahesasura.
Baca juga: 4 Senjata yang Digunakan di Zaman Majapahit, dari Meriam hingga Keris
Dewi Kili Suci juga dikisahkan pada Babad Tanah Jawi, sebagai putri sulung Resi Gentayu raja Kahuripan. Kerajaan Kahuripan kemudian dibelah dua, menjadi Janggala dan Kadiri, yang masing-masing dipimpin oleh adik Kili Suci, yaitu Lembu Amiluhur dan Lembu Peteng.