INTERAKSI perdagangan ekspor ternyata telah ada sejak zaman Kerajaan Mataram di masa pemerintahan Mpu Sindok. Tercatat ada beberapa negara yang berinteraksi dengan masyarakat Jawa di masa Kerajaan Mataram di ibu kota Medang. Perdagangan ekspor ini menjadi pemutar perekonomian masyarakat Mataram kala itu, selain dari hasil pajak yang disetorkan ke pemerintah kerajaan.
Para pedagang ini kebanyakan diidentifikasi dari Cina dan India, didasari pada sejumlah artefak-artefak yang telah ditemukan. Hal ini juga dikisahkan pada buku "Airlangga : Biografi Raja Pembaru Jawa Abad XI" tulisan Ninie Susanti. Dimana saat itu Kerajaan Mataram mengandalkan peraturan perpajakan dan perdagangan komoditi dengan pedagang luar negeri.
Baca juga:Â Kehancuran Kerajaan Mataram Kuno Akibat Letusan Gunung Merapi
Barang - barang dagangan yang diperjualbelikan dikenakan pajak dan bagian yang memuat tentang pejabat - pejabat bidang ekonomi baik di pusat kerajaan, maupun di desa. Sejak masa Mataram Kuno sampai dengan pemerintahan Mpu Sindok, keterangan yang diberikan prasasti mengenai kehidupan ekonomi, selain ketentuan tentang pajak lebih ditekankan pada kegiatan perekonomian lokal berbasis desa.
Walaupun hal ini tidak dijelaskan secara eksplisit, tetapi kenyataannya cukup banyak temuan berupa artefak yang tinggi nilainya jelas - jelas didatangkan dari Cina dan India, yang barang kali terlalu langka dan berharga untuk beredar luas di pasar - pasar desa.
Baca juga:Â Â Siasat Raja Mataram Kelabui Ki Ageng Mangir: Bertekuk Lutut pada Kecantikan Penari Tayub
Prasasti mencatat bahwa barang - barang yang diperdagangkan di pasar - pasar lokal adalah hasil bumi, mulai dari beras, buah-buahan, sirih, pinang, dan buah mengkudu. Hasil kerajinan seperti payung, perkakas dari besi, tembaga, barang anyam - anyaman, gula, arang, kapur sirih, dan kesumba.
Kemudian binatang ternak seperti sapi, kambing, itik, ayam, dan telurnya, juga turut diperdagangkan, bahkan dijual ke pedagang dari mancanegara. Adapula dicatat tentang petugas - petugas yang bertanggungjawab atas kegiatan pasar, misalnya mapkan, wariga atau orang yang mengatur hari - hari baik termasuk hari pasaran, serta tuha dagang alias koordinator perdagangan.
Pada prasasti - prasasti yang dikeluarkan Mpu Sindok memang tak menyebutkan atau mengisyaratkan adanya perdagangan antar pulau bahkan perdagangan internasional, seperti yang ada di dalam prasasti - prasasti Raja Airlangga. Namun dalam temuan keramik Cina dan Vietnam, di seluruh Kepulauan Indonesia dalam jumlah besar dengan bermacam-macam bentuk dan berasal dari masa yang berbeda telah cukup mengisyaratkan telah terjadi hubungan dagang yang berskala internasional di Jawa dan daerah - daerah lain di Indonesia.