BOYOLALI – Keterbatasan ekonomi membuat Yayuk (65) harus berjuang sebagai penambang pasir dan pencari batu di alur sungai Gandul. Wanita lanjut usia warga Lereng Gunung Merapi itu tak sendiri, masih ada belasan ibu-ibu rumah tangga lain yang berprofesi serupa.
Bahaya harus dihadapi warga warga Desa Jelok, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah itu. Mereka tetap bekerja meski Merapi berstatus Siaga dan hujan deras kerap turun.
Terlebih lagi, Ancaman lahar dingin dan tebing longsor sewaktu-waktu bisa terjadi dan mengancam keselamatan mereka. Namun, mereka tidak ada pilihan lain dan hanya mengandalkan tanda-tanda alam bila bencana itu akan datang.
Yayuk sudah belasan tahun menjadi penambang pasir manual. Dengan menggunakan cangkul kecil dan skop serta saringan pasir, ia mengambil pasir dan batu dari bawah sungai yang cukup berbahaya. Panas terik matahari tidak menghalangi dalan mencari nafkah.
Baca juga:Â Mitos Gunung Semeru, Merapi dan Slamet Jika Meletus: Pulau Jawa Terbelah hingga Jadi Berkah
Setiap harinya, Yayuk bersama belasan ibu-ibu lainnya mencari pasir dengan menuruni sungai dan membawanya ke atas dengan cara digendong. Dalam sehari mereka (ibu-ibu) mendapatkan hasil yang tidak menentu antara Rp 40.000 hingga Rp 50.000.
”Sudah 18 tahun saya mencari pasir, setiap hari penghasilan tidak menentu, kadang dapat kadang enggak dapat rejeki,” kata Yayuk, ditemui disela-sela kesibukannya mencari pasir, Selasa (21/12/2021).
Yayuk mengaku nekat menambang pasir lantaran menjadi sumber pendapatan utama, jika tak mendapat penghasilan dari menambang pasir merasa susah.