JAKARTA- Manusia memiliki potensi dalam diri masing-masing untuk mendukung pengembangan diri. Bahkan, potensi tersebut juga dimiliki oleh para penyandang disabilitas, contohnya penyandang tuna netra.
(Baca juga: Gubernur Lemhanas: Agent of Change Perkuat Wawasan kebangsaan)
Demikian diutarakan Sugiarti Rosbak, seorang professional coach dalam Seminar Motivasi bertajuk “Menggali Potensi, Menyatukan Visi, Membangun Negeri” yang diselenggarakan di Auditorium Gajah Mada Lemhannas RI.
(Baca juga: Stafsus Milenial Jokowi: Pemuda Harus Berkolaborasi Bukan Berkompetisi)
Seminar ini diikuti oleh 249 personel Lemhannas RI yang terdiri dari ASN, TNI, dan Polri. Selain itu, kegiatan ini juga dihadiri oleh Para Deputi, Dewan Pengarah Korpri Lemhannas RI, dan Para Pejabat Lemhannas RI.
Dia mengatakan, penyandang tuna netra tidak memiliki kemampuan untuk melihat, namun memiliki indera penciuman dan pendengaran yang tajam. Potensi tersebut digunakan oleh penyandang tuna netra untuk bertahan hidup. Namun, manusia memiliki pilihan untuk mau atau tidak mengembangkan potensi tersebut.
"Kalau ditanya memang semua orang mampu? Mampu. Setiap manusia pasti dikasih kemampuan, bahkan teman-teman disabilitas sekalipun," kata Sugiarti di Lemhannas RI, (8/12/2021)
Dikatakannya, membangun hidup sama dengan membangun rumah. Semua hal memiliki fungsi, tujuan, dan harus saling berhubungan. Manusia merupakan arsitek dalam kehidupannya sendiri, sehingga tidak ada yang dapat menentukan jalan hidup atau tujuan hidup setiap manusia, selain dirinya sendiri.
"Kalau masalah mampu dan mau sebenarnya ada dua pengaruhnya, pengaruhnya dari diri sendiri dan juga dari lingkungan. Sebenarnya kita juga punya pilihan, mau dipengaruhi oleh diri sendiri atau kita mau dipengaruhi oleh lingkungan kita," ujarnya.
Dalam Diagram Maslow, lanjut Sugiarti, ada lima hirarki kebutuhan manusia, yaitu Fisiologis, Rasa Aman, Sosial, Penghargaan, dan Aktualisasi Diri. Fisiologis adalah kemampuan paling dasar manusia yakni kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Setelah kebutuhan fisiologis terpuaskan, maka muncullah rasa aman. Kebutuhan rasa aman meliputi rasa aman fisik dan stabilitas seperti memiliki tabungan serta punya rumah.
Kemudian muncullah kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk disayangi. Selain itu ada juga kebutuhan akan penghargaan, misalnya saat mencapai titik tertentu, manusia ingin dihargai. Selanjutnya adalah aktualisasi diri, yaitu kebutuhan manusia untuk mengembangkan diri, namun tidak semua orang sampai di titik ini.
Oleh sebab itu, Sugiarti mengingatkan untuk mulai melihat potensi dan gunakan untuk inovasi, improvisasi, dan inisiasi, karena setiap orang memiliki potensi diri untuk berkembang.
Hal senada diutarakan Wakil Gubernur Lemhannas RI Marsdya TNI Wieko Syofyan yang berharap setiap pegawai Lemhannas RI dapat membangkitkan dan meningkatkan semangat dalam bekerja. Semangat yang tinggi dari para pegawai dapat menghadirkan ide-ide baru untuk mencapai visi Lemhannas RI, yakni mewujudkan ketahanan nasional yang tangguh dan juga mewujudkan cita-cita bangsa.
"Lemhannas RI sebagai salah satu lembaga negara, memiliki tugas untuk menjaga ketahanan nasional yang tangguh dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional. Hal yang strategis ini takkan terwujud tanpa adanya para pegawai yang kompeten, profesional, dan memiliki integritas tinggi," kata Wieko.