JAKARTA - Kisah tentang Jenderal TNI Leonardus Benny Moerdani tak pernah ada habisnya untuk diceritakan. Nama LB Moerdani menjadi legenda di dunia militer dan intelijen Indonesia.
Melansir dari buku Benny Moerdani yang Belum Terungkap mengulas habis kisah kiprah Benny, mulai dari operasi pembebasan Papua, Timor Timur sampai Jenderal kelahiran Cepu, Blora Jawa Tengah, 2 Oktober 1932 itu menjadi orang nomor satu di institusi ABRI. Benny pun menjadi Panglima ABRI di era Soeharto ditugaskan untuk mengurai masalah intelijen yang terjadi pada saat itu.
Diceritakan pada mulanya di tahun 1974, Presiden Soeharto memanggil pulang Benny Moerdani yang ketika itu sedang bertugas menjadi Kuasa Usaha Ad Interim Indonesia di Korea Selatan. Di tanah air, suasana politik tengah memanas pasca meletusnya peristiwa Malari akibat dari penolakan mahasiswa terhadap kedatangan Perdana Menteri Jepang pada saat itu, Kakuei Tanaka. Setiba di Tanah Air bersama Ali Moertopo, Benny menghadap Soeharto.
Di Istana Negara, Soeharto mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap kinerja intelijen Indonesia. Terutama menangani peristiwa Malari dan membutuhkan tenaga baru yang cocok.
Baca juga:Â Saat Jenderal Baret Merah Bertaruh Nyawa Bubarkan Bentrok Berdarah Kopassus dengan Marinir
Marsekal Muda Purnawirawan Teddy Rusdy, tangan kanan Benny mengatakan operasi intelijen terimbas persaingan dari Ali Moertopo yang saat itu menjabat sebagai Kepala Operasi Khusus Badan Koordinasi Intelijen Negara (BAKIN) dan Wakil Pangab Jenderal TNI Soemitro. Akibat nya fungsi intelijen tidak efektif.
“Benny dihadirkan untuk meredam persaingan serta menata ulang sistem intelijen Indonesia,”ujar Teddy.
Baca juga:Â Ketika Jenderal Kopassus Ungkap Isi Buku Kecil nan Lusuh Milik LB Moerdani