JAKARTA - Peristiwa nahas adanya perang bubat membuktikan bahwa Gajah Mada bukanlah tipe manusia yang mau bersabar sedikit. Apa pun yang diinginkannya harus terwujud dalam waktu sesingkat mungkin tanpa memikirkan apa akibat yang akan terjadi.
Berdasarkan sumber buku Santi Sutasoma: Menemukan Kepingan Jiwa Mpu Tantular, selain itu Gajah Mada juga nyatanya tidak selalu menghargai persahabatan atau tidak setiakawan. Gajah Mada dahulu pernah bersahabat dengan Aditiawarman.
Sahabat asal Minang ini adalah seorang sahabat yang telah berjasa bagi Majapahit, namun setelah bantuannya tidak dibutuhkan lagi, Gajah Mada bersikap dingin terhadapnya dan terkesan melupakannya.
Sifat buruknya kembali muncul, Gajah Mada merasa dirinya akan tersaingi oleh Aditiawarman, karena selain perkasa, Aditiawarman juga masih memiliki hubungan darah dengan Dinasti Majapahit.
Sikap dingin antara keduanya memang tidak pernah berubah menjadi permusuhan terbuka. Namun, akhirnya Aditiawarman memutuskan untuk memilih kembali ke Tanah Minang.
Di Sumatera Aditiawarman memposisikan dirinya sebagai Datuk. Meskipun "di atas kertas" Sumatera tetap bernaung di bawah Majapahit, sesungguhnya ia sudah membuat "jalan sendiri".
Akibatnya, perpecahan tersebut kerap kali dirasakan anak cucu mereka hingga saat ini. Mungkin kita pernah mendengar keluhan orang Sumatera yang mengatakan "orang Jawa datang ke pulau kami untuk menjarah. Mereka ingin berkuasa".