SETIAP tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Hari peringatan untuk pahlawan tanpa tanda jasa itu sudah menginjakkan yang ke-76.
Banyak sosok besar yang menjadi pendidik saat era kolonialisme. Salah satunya adalah Hadji Oemar Said Tjokroaminoto atau dikenal HOS Cokroaminoto.
(Baca juga: Upacara Hari Guru Nasional, Nadiem: Pandemi Tak Padamkan Semangat Guru)
HOS Cokroaminoto merupakan seorang pahlawan nasional yang dijuluki Bapak Bangsa sekaligus pemimpin Sarekat Islam (SI). Ia memimpin SI sejak 1914 hingga akhir hayatnya. SI sempat menjadi salah satu organisasi massa terbesar dalam sejarah pergerakan nasional di bawah kendali HOS Cokroaminoto.
(Baca juga: KH Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah yang Juga Keturunan Sunan Gresik)
HOS Cokroaminoto lahir di Bakur, Madiun, Jawa Timur pada 16 Agustus 1882, dan mengembuskan napas terakhirnya di usia 52 tahun, tepatnya pada 17 Desember 1934. Ia merupakan keturunan bangsawan, ayahnya, R.M. Tjokroamiseno, seorang wedana atau asisten bupati. Sedangkan sang kakek, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah menjabat Bupati Ponorogo.
Pada 1902 , Cokroaminoto lulus dari Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) di Magelang. OSVIA adalah sekolah bagi calon abdi negara pemerintah kolonial Hindia Belanda. Tamat dari OSVIA, Cokroaminoto sempat bekerja di kesatuan pegawai administratif di Ngawi.
Cokroaminoto juga merupakan guru, dalam kiprahnya sebagai guru, ia mampu menghasilkan murid yang menjadi tokoh-tokoh berpengaruh bangsa yang tinggal di rumahnya. Seperti Sukarno presiden pertama Indonesia, Semaoen, Musso, hingga Maridjan Kartosoewirjo. Maka, tidaklah berlebihan jika Cokroaminoto mendapat gelar Bapaknya Bapak Bangsa.