SETELAH dikukuhkan sebagai Raja Mataram, Panembahan Senopati memulai ekspansi perluasan wilayah kekuasaan. Politik ekspansi Mataram di bawah komando Panembahan Senopati ini konon memicu konflik antara Mataram dengan wilayah - wilayah yang menjadi target penaklukannya.
Hampir seluruh wilayah di Jawa bagian tengah dan timur tunduk di bawah Mataram, kecuali Blambangan, yang tetap bertahan belum memeluk agama islam, sebagaimana dicita - citakan Panembahan Senopati. Ekspansi Kerajaan Mataram, sebagaimana dikisahkan pada buku "Tuah Bumi Mataram : Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II" tulisan Peri Mardiyono, membuat Mataram menjadi salah satu kekuatan di Jawa abad 16.
Baca juga:Â Â Cerita Raja Mataram Sultan Agung, Penguasa Pertama yang Berani Lawan Belanda
Ketika memasuki agar ke - 17, ada tiga yang muncul sebagai kekuatan terkemuka, Kesultanan Banten di Jawa Barat, Kesultanan Mataram di pedalaman Jawa Tengah, dan Kadipaten Surabaya di pesisir Jawa Timur. Alhasil Panembahan Senopati mencanangkan target ekspansi ke Surabaya. Ini dikarenakan Adipati Surabaya saat itu dipandang sebagai penguasa yang paling tangguh, dan memiliki banyak daerah bawahan.
Penaklukan Surabaya dianggap secara otomatis daerah - daerah lain di bawah kekuasaan Surabaya menjadi kekuasaan Mataram. Sebelum penaklukan Mataram dan Surabaya, adalah dua kerajaan yang saling bersaing untuk memperebutkan kekuasaan di Jawa Tengah.
 Baca juga: Kisah Panembahan Senapati Bertemu Ratu Pantai Selatan Ketahuan Manusia
Kerajaan Mataram pun mengonsolidasikan kekuatannya dengan menyatukan kerajaan - kerajaan lain, seperti Pajang sekitar tahun 1588, Demak pada 1588, Madiun pada 1590, dan Kerajaan Kediri pada 1591. Mataram juga menjadikan serangan ke Surabaya, obat dari kegagalan ekspansinya ke barat ke wilayah Kerajaan Banten, sekitar tahun 1597 Masehi.
Baca Juga: Dukung Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Morowali Hibahkan Tanah ke KKP