KLATEN - Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution yang akrab disapa A.H. Nasution merupakan Pahlawan Nasional. Dirinya bersama pasukannya pernah melancarkan strategi perang gerilya melawan penjajah, di Desa Taskombang dan Kepurun, Manisrenggo, Klaten.
Peristiwa itu terjadi saat agresi militer Belanda II pada 1948, ketika pasukan Belanda menduduki Yogyakarta. Tempat yang kali pertama digunakan persinggahan rombongan A.H. Nasution yakni rumah Parto Wirjono, Kades pertama Taskombang. Lokasinya berada di tengah permukiman Dukuh Jumblengan.
Â
Baca Juga:Â Â Pemerintah Berikan 4 Tokoh Gelar Pahlawan Nasional, Berikut Nama dan Asalnya
Hingga kini, keaslian rumah joglo itu masih terjaga meski sebagian kayu mulai lapuk dan warna cat memudar dimakan usia. Rumah itu kini ditempati cucu Parto Wirjono. Warga memastikan 90 persen keaslian rumah itu masih terjaga. Termasuk tempat duduk dan meja kerja yang pernah digunakan A.H. Nasution.
Â
Setelah tinggal di tempat itu, A.H. Nasution lantas berpindah ke Desa Kepurun. Perpindahan itu dilakukan menyusul wilayah Taskombang dinilai masih terlalu dekat dengan Yogyakarta. Rombongan A.H. Nasution menginap di rumah Kades Kepurun yang berlokasi di Dukuh Pecokan. A.H. Nasution beberapa kali berpindah tempat sebagai salah satu strategi agar persembunyian A.H. Nasution tak diketahui penjajah.
Â
Untuk mengenang sejarah perjuangan melawan penjajah itu, monumen MBKD Pos X-1 1948-1949 didirikan di Dukuh Pecokan. Monumen itu diresmikan Wakil Presiden Indonesia, Adam Malik pada 19 Desember 1982. Monumen itu berdiri tepat di depan rumah Kades Kepurun yang pernah menjadi markas A.H. Nasution bersama pasukannya. Sayang, kondisi rumah tersebut kini tersisa pondasi serta beberapa bagian tembok rumah.
Baca Juga:Â Kisah Jenderal Soedirman Tinggal 107 Hari di Bukit Gandrung, Rumah Gerilya Dijadikan Museum
(Ari)