JAKARTA - Budaya Korea Selatan saat ini tidak terbendung, hampir di seluruh dunia kini diserbu oleh tari dan musik dari negara tersebut. Fenomena K-Pop ini menjadi salah satu kajian bagaimana pendekatan soft power digunakan oleh negara-negara maju.
(Baca juga: Indonesia Optimis Jadi Negara Maju dan Besar di 2045)
“Kita mesti belajar dari beberapa negara yang mengalami kemajuan pesat dalam beberapa dekade terakhir. mereka kini ikut mempengaruhi dunia lewat budaya berupa musik, tari, film dan makanan,” kata Gubenur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo pada peluncuran buku Indonesia Menuju 2045 pada Rabu di Lemhannas RI (6/10/2021).
(Baca juga: Bangun Indonesia Maju Perlu Belajar dari Korsel)
Lemhannas sejak lama melakukan kajian yang bersifat hard power berkaitan dengan militer dan pendayagunaan kekuatan. Pelengkap pendekatan hard power adalah soft power.
Menjelang Indonesia memasuki usia 100 tahun pada 2045 mendatang, Lemhannas merasa perlu mendalami pendekatan soft power. “Kita mesti belajar dari beberapa negara yang mengalami kemajuan pesat dalam beberapa dekade terakhir,” kata Agus.
“Negara maju seperti Korea Selatan kini ikut mempengaruhi dunia lewat budaya berupa musik, tari, film dan makanan. Bila sebelumnya budaya pop barat begitu mendominasi, sekarang kita lihat pengaruh budaya pop Korea yang merasuki anak-anak muda di seluruh dunia termasuk di Indonesia,” sambung Agus.
Bersamaan dengan serbuan musik, tari dan film korea, tumbuh subur pula aneka restoran yang menyajikan kuliner negeri ginseng itu. Secara sukarela anak- anak muda juga belajar bahasa Korea demi bisa menikmati k-pop secara utuh.
Atas dasar perkembangan itulah kami memprakarsasi penulisan buku Indonesia Menuju 2045. Dalam tempo 24 tahun menuju 100 tahun usia republik, kita mesti belajar bagaimana negara-negara itu berhasil membangun sumber daya manusia (sdm) yang unggul.
Generasi muda mereka memiliki fisik yang bagus dan kapasitas otak yang besar. Karakternya kuat dengan ciri-ciri: punya rasa ingin tahu yang besar; percaya diri, tidak minder tapi juga tidak arogan; berani ambil risiko; berpikiran kritis dan kreatif; berani mempelajari hal-hal baru; mampu beropini dengan tajam dan persuasif baik dalam berbicara maupun menulis.
Studi yang dilakukan tim penulis buku Indonesia Menuju 2045 mendapati bahwa pondasi kemajuan negara-negara Eropa Barat, Jepang, Korea Selatan, dan sekarang Tiongkok adalah pembenahan besar-besaran di bidang kesehatan dan pendidikan.
“Mereka memastikan generasi muda mendapat asupan gizi yang baik sejak berbentuk janin, mendapat perawatan kesehatan yang bagus dan memperoleh pendidikan yang bermutu, termasuk di masa pandemi Covid seperti sekarang. secara paralel dilakukan pula pembangunan infrastruktur fisik secara besar-besaran, termasuk infrastruktur teknologi. Berikutnya memperkuat penelitian dan pengembangan untuk inovasi teknologi,” tutup Agus.
Peluncuran buku Skenario Indonesia Menuju 2045 melibatkan tiga instansi, yaitu Lemhannas RI, CSIS, dan Kompas. Ini sebagai gambaran bahwa menuju Indonesia unggul pada 2045 bukan semata-mata beban pemerintah, tapi juga melibatkan swasta dan media. Kolaborasi ini untuk mengembangkan kebijakan ini tidak inklusif, tidak hanya lembaga negara tapi juga swasta dan media.
Follow Berita Okezone di Google News