JAKARTA - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) mempunyai pahlawan nasional, yaitu Laksamana Madya TNI Yosaphat Soedarso (Yos Sudarso). Memperingati HUT ke-76 TNI, Okezone kembali mengupas sejarah Yos Sudarso yang gugur melawan Belanda.
(Baca juga: Kisah Kesaktian Jenderal Soedirman saat Dikepung Militer Belanda)
Nama Yos Sudarso dikenang saat pertempuran yang terjadi di laut Aru , pada tanggal 15 Januari 1962, antara kapal perang Indonesia dan Belanda.
Saat itu, dua kapal jenis destroyer, pesawat jenis Neptune dan Firefly milik Belanda menyerang kapal perang milik TNI AL yaitu KRI Macan Tutul (650), RI Macan Kumbang (653) dan RO Harimau (654) milik Indonesia yang sedang berpatroli.
Melansir buku "Tenggelamnya KRI Macan Tutul" dan di buku "Konspirasi di Balik Tenggelamnya Matjan Tutul karya Julius Pour.
(Baca juga: Amarah Bung Karno Meledak saat LB Moerdani Tolak Nikahi Putri Kesayangannya)
KRI Matjan Tutul, KRI Matjan Kumbang, dan KRI Harimau menghadapi tiga kapal perang Belanda yang jauh lebih besar: Eversten, Kortenaer, dan Utrecht.
KRI Matjan Tutul yang ditumpangi Komodor Jos Soedarso dibombardir oleh armada laut Belanda yang didukung pesawat terbang Neptune dan Firefly.
Hal inilah yang menyebabkan tenggelamnya KRI Mactjan Tutul, dan gugurnya Komodor Josaphat (Jos) Soedarso bersama 28 anak buahnya , sementara dua kapal lainnya selamat.
Merujuk catatan Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI, KRI Matjan Tutul tenggelam pukul 21.40 waktu setempat.
Peristiwa terjadi pada hari H pukul 17.00 waktu setempat, tiga kapal mulai bergerak. KRI Harimau berada di depan, membawa antara lain Kolonel Sudomo, Kolonel Mursyid, dan Kapten Tondomulyo. Di belakangnya adalah KRI Matjan Tutul yang dinaiki Komodor Yos Sudarso. Sedangkan di belakang adalah KRI Matjan Kumbang.
Menjelang pukul 21.00, Kolonel Mursyid melihat radar blips pada lintasan depan yang akan dilewati iringan tiga kapal itu. Dua di sebelah kanan dan satu di kiri. Blips tersebut tidak bergerak, menandakan kapal-kapal sedang berhenti.
Ketiga KRI kemudian melaju. Tiba-tiba kapal Belanda, Kortenaer bergerak lebih dulu mendekati MTB ALRI dan menembakkan peluru suar. Pada saat yang sama, pesawat Neptune turut serta menembakkan peluru suar berparasut dari udara.
KRI Macan Tutul dan KRI Macan Kumbang menembakkan serangan balasan berupa meriam 40mm. Pertempuran yang sengit berlangsung beberapa saat dalam jarak 1,5 mil.