JAKARTA - Agustinus Adisucipto adalah pahlawan nasional yang memelopori gagasan-gagasan untuk TNI AU di masa mendatang. Jasanya terhadap dunia penerbangan Indonesia membuat dirinya dijuluki sebagai Bapak Penerbangan Indonesia.
Adisucipto meninggal di usia belia, yakni 31 tahun. Menyadur dari situs TNI AU (tni-au.mil.id), mengisahkan cerita di balik gugurnya Adisucipto.
Selain berkarier di dunia militer, Adisucipto merupakan diplomat yang bertugas menangani masalah-masalah, khususnya sarana pertahanan udara dengan luar negeri. Salah satu bukti kerja Adisucipto saat itu, Indonesia berhasil mendapat bantuan pelatih dan instruktur dari negara-negara sahabat, seperti Filipina dan India untuk Sekolah Penerbangan yang dia bina.
Suatu waktu, TNI AU perlu pesawat terbang baru. Adisucipto melakukan berbagai macam cara, salah satunya dengan melakukan kunjungan ke luar negeri. Ia berkunjung ke India, dan bertemu Perdana Menteri India, Sri Jawaharlal Nehru.
Nehru memperkenalkan Adisucipto kepada seorang industrialis bernama Patnaik, untuk mencari pesawat sesuai kebutuhan TNI AU. Dalam pertemuan itu, Patnaik meminjamkan sebuah pesawat model Dakota VL-CLA.
Pesawat itu akan digunakan untuk mengangkut obat-obatan kebutuhan Palang Merah Indonesia (PMI). Setelah dari India, Adisucipto ditemani Prof Dr Abdurrachman Saleh, bertolak ke Singapura untuk meminta izin kepada penguasa negara pada saat itu, Belanda dan Inggris, melanjutkan membawa obat-obatan.
Baca Juga : Kisah Adisucipto, Bapak Penerbang RI Penggagas Sekolah Penerbangan Pertama
Follow Berita Okezone di Google News