JAKARTA - Virus Covid-19 varian Mu yang saat ini menyebar di beberapa negara di dunia terutama di Kolombia, Ekuador, Spanyol, juga Amerika Serikat dikabarkan dapat menyebabkan gelombang baru akibat virus tersebut. Benarkah demikian?
Ketua Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban mengatakan pun menjelaskan bahwa varian Mu ini sudah ditemukan sejak Januari 2021.
“Sebetulnya varian itu sudah ditemukan lama jadi Januari 2021 dari sudah 8, 9 bulan yang lalu mula-mula ditemukan di Kolombia, kemudian di Ekuador, kemudian ada di Spanyol, di Amerika,” ungkapnya dalam keterangannya lewat video dari media sosial pribadinya, dikutip Minggu (12/9/2021).
Zubairi mengatakan bahwa total kasus dari varian Mu ini masih di angka 0,1%. “Namun sebetulnya jumlah diluar dua negara tersebut di luar Kolombia dan Ekuador sama sekali tidak bermakna. Bayangin dari total seluruh dunia ini, hanya 0,1% itu yang varian Mu.”
Baca Juga :Â Jelang PON Papua, Mahfud MD Minta Aparat Mantapkan Rencana Pengamanan
Lalu, kenapa khawatir dengan varian Mu ini? Zubairi pun menjelaskan bahwa hal ini melihat dari sejarah varian Delta yang meningkatkan kasus secara drastis bahkan membuat angka kematian tinggi di sejumlah negara.
“Karena sejarah dari varian Delta kan amat menakutkan, yang tadinya bayangin Amerika tadi sudah dari 4.000 kematian di awal Januari, sudah turun drastis sampai di bawah 400 turun pelan-pelan, sekarang naik ke puncak lagi sampai di atas 1.000 dalam berapa hari ini. Jadi jumlah kematian per Minggunya bahkan lebih dari 6.000 orang. Jadi puncak pertama yang akibat Delta di Amerika, kemudian baru yang lain,” papar Zubairi.
Zubairi menegaskan agar masyarakat tetap waspada namun tidak perlu panik menyikapi adanya varian Mu ini. “Jadi varian Mu sekali lagi mungkin sekali tidak akan menjadi masalah jangka panjang. Kita memang perlu antisipasi, namun tidak perlu panik,” tegasnya.
Follow Berita Okezone di Google News