KERAJAAN Jenggala dikisahkan memiliki bandar dagang yang teramai di Pulau Jawa kala itu. Bahkan keramaian dan perkembangan bandar dagang yang berada di muara Sungai Porong, konon menjadi yang terbesar kedua setelah Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatera.
Namun tampaknya bandar dagang yang ramai ini kurang diimbangi dengan angkatan perang yang kuat. Sebagaimana dikisahkan dalam buku "Hitam Putih Kekuasaan Raja - Raja Jawa Intrik, Konspirasi Perebutan Tahta, dan Wanita" karya Sri Wintala Achmad, membuat dimanfaatkan musuhnya.
Baca juga:Â Â Prabu Siliwangi Konon Moksa di Tempat Ini, Dikawal Macan Putih dan Hitam
Salah satu yang mulai mengincar eksistensi Kerajaan Jenggala tentu adalah Kerajaan Kediri. Ya, Kediri pasca Sri Samarawijaya turun tahta mencoba kemungkinan untuk menguasai wilayah muara sungai yang memiliki lokasi strategis perdagangan di Jawa Timur.
Kerajaan Kediri yang menghasilkan pertanian memiliki angkatan perang yang kuat. Di bawah kekuasaan Sri Kamesywara Kerajaan Kediri mulai membentuk angkatan perang yang kuat. Sri Kamesywara bertekad menyatukan dua Kediri dengan Panjalu. Dari penyatuan tersebut akhirnya Kerajaan Kediri memiliki angkatan perang yang kuat.
Baca juga:Â Â Kisah Raden Patah "Robohkan" Kerajaan Majapahit
Meski memiliki angkatan perang tangguh tapi nafsu Sri Kamesywara menguasai wilayah muara Sungai Porong masih menemui halangan. Saat itu muara Porong yang di bawah kekuasaan Kerajaan Jenggala dengan rajanya Mapanji Garasakan, dikenal cukup memiliki hubungan diplomatik yang kuat dengan para pedagang dari berbagai negara. Hal ini menjadikan Kerajaan Kediri masih menunggu momen melakukan penyerbuan.
Follow Berita Okezone di Google News