DALAM buku biografi āBung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesiaā karya Cindy Adams. Presiden Soekarno mengatakan tubuhnya akan sakit jika tidak bertemu dengan rakyatnya. Terkadang ia harus menjadi seorang Harun al Rasyid, berputar-putar keliling kota seorang diri, hanya dengan seorang ajudan berpakaian preman di belakang kendaraan.
Terasa olehku kadangākadang, bahwa aku harus terlepas dari berbagai persoalan untuk sesaat dan merasakan irama denyut jantung tanah airku. Namun persoalanāpersoalan selalu mengikutiku bagai bayangan besar dan hitam, dan yang datang dengan samar menakutkan di belakangku. Aku takkan bisa lepas daripadanya. Aku takkan keluar dari genggamannya. Aku takkan dapat maju dengannya. Ia bagai hantu yang senantiasa mengejarāngejar.
Baca juga:Ā Sarinah, Sosok Wanita yang Ajarkan Bung Karno Mencintai Rakyat Jelata
Pakaian seragam dan peci hitam merupakan tanda pengenalku. Akan tetapi adakalanya kalau hari sudah malam aku menukar pakaian, pakai sandal, pantalon dan kalau hari terlalu panas aku hanya memakai kemeja. Dan dengan kacamata berbingkai tanduk rupaku lain sama sekali. Aku dapat berkeliaran tanpa dikenal orang dan memang kulakukan. Ini kulakukan karena ingin melihat kehidupan ini. Aku adalah kepunyaan rakyat. Aku harus melihat rakyat, aku harus mendengarkan rakyat dan bersentuhan dengan mereka.
Ā Baca juga:Ā Ketika Para Jagoan Silat Acak-Acak Konvoi Pasukan Inggris di Kranji
Perasaanku akan tenteram kalau berada diantara mereka. Ia adalah roti kehidupan bagiku. Dan aku merasa terpisah dari rakyat jelata. Kudengarkan percakapan mereka, kudengarkan mereka berdebat, kudengarkan mereka berkelakar dan bercumbuākasih. Dan aku merasakan kekuatan hidup mengalir keseluruh batang tubuhku.
Kami pergi dengan mobil kecil tanpa tanda pengenal. Adakalanya aku berhenti dan membeli sate di pinggiran jalan. Kududuk seorang diri di pinggir trotoar dan menikmati jajanku dari bungkus daun pisang. Sungguh saatāsaat yang menyenangkan. Rakyat segera mengenalku apabila mendengar suaraku. Pada suatu malam aku pergi ke Senen, di sekitar gudang kereta api, dengan seorang Komisaris Polisi. Aku berputarāputar di tengahātengah rakyat dan tak seorangpun memperhatikan kami.
Follow Berita Okezone di Google News