SARINAH, salah satu wanita yang mengajari Soekarno arti mencintai rakyat jelata. Dalam buku biografi āBung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesiaā karya Cindy Adams. Soekarno berbicara jika Sarinah, gadis pembantu yang membesarkannya.
Bagi kami, pembantu rumah tangga bukanlah pelayan menurut pengertian orang barat. Di kepulauan kami, kami hidup berdasarkan azas gotong royong. Kerjasama. Tolong menolong, Gotong royong sudah mendarah daging dalam jiwa kami bangsa lndonesia.
Baca juga:Ā Ā Ketika Foto Bung Karno Digantung di Setiap Dinding Kamar Pelacuran
Dalam masyarakat yang asli kami tidak mengenal kerja dengan upah. Manakala harus dilakukan pekerjaan yang berat, setiap orang turut membantu engkau perlu mendirikan rumah? Baik, akan kubawakan batu tembok; kawanku membawa semen. Kami berdua membantumu mendirikannya. ltulah gotong royong
Bantuāmembantu. Sarinah adalah bagian dari rumah tangga kami. Tidak kawin. Bagi kami dia seorang anggota keluarga kami. Dia tidur dengan kami, tinggal dengan kami, memakan apa yang kami makan, akan tetapi ia tidak mendapat gaji sepeserpun.
Baca juga:Ā Ā Soekarno, Anak Guru yang Tertarik Berpolitik hingga Jadi Presiden
Dialah yang mengajarku untuk mengenal cintaākasih. Aku tidak menyinggung pengertian jasmaniahnya bila aku menyebut itu. Sarinah mengajarku untuk mencintai rakyat. Massa rakyat, rakyat jelata. Selagi ia memasak di gubuk kecil dekat rumah, aku duduk disampingnya dan kemudian ia berpidato, "Karno, yang terutama engkau harus mencintai ibumu. Akan tetapi kemudian engkau harus mencintai pula rakyat jelata. Engkau harus mencintai manusia umumnya."
Sarinah adalah nama yang biasa. Akan tetapi Sarinah yang ini bukanlah wanita yang biasa. Ia adalah satu kekuasaan yang paling besar dalam hidupku. Di masa mudaku aku tidur dengan dia. Maksudku bukan sebagai suamiāisteri. Kami berdua tidur di tempat tidur yang kecil. Ketika aku sudah mulai besar, Sarinah sudah tidak ada lagi. (din)
Follow Berita Okezone di Google News
(rhs)