JAKARTA – Satuan Tugas Tentara Nasional Indonesia (Satgas TNI) yang menumpang pesawat TNI AU jenis Boeing 737-400 berhasil mengevakuasi 26 Warga Negara Indonesia (WNI) dari Kabul Afghanistan, Sabtu (21/8/2021) dini hari. Ke-26 WNI beserta 12 awak kru pesawat berhasil mendarat dengan selamat di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
(Baca juga: Jarak dan Kondisi Tak Menentu Jadi Tantangan TNI AU Evakuasi WNI dari Kabul)
Satgas terdiri dari 20 personel pasukan elite Komando Operasi Khusus (Koopssus) TNI yang dipimpin oleh Asintel Koopssus TNI Kolonel Pas Dili Setiawan. Sedangkan pilot pesawat TNI AU jenis Boeing 737-400 yang membawa WNI dari Kabul Afghanistan adalah Letkol Pnb Ludwig Bayu dan Mayor Pnb Mulyo Hadi dari Skadron 17.
Kedua pilot itu mempunyai peranan penting saat evakuasi. Pasalnya saat itu, kondisi Bandara Hamid Karzai sangat mencekam. Bahkan mereka sempat kesulitan dalam mendaratkan pesawat milik TNI Angkatan Udara tersebut.
(Baca juga: Tok! Juliari Batubara Divonis 12 Tahun Penjara Kasus Korupsi Bansos Covid-19)
"Kami saat menuju Kabul kendala terbesar yang dihadapi adalah pada saat memasuki wilayah udara Afghanistan di mana mendekati Kabul Airspace Afganistan tidak terkontrol, sehingga kami harus mengambil keputusan sendiri sampai akhirnya mendapatkan kontak dengan Kabul Tower," ujar Letkol Pnb Ludwig Bayu dalam tayangan video yang dirilis Dinas Penerangan Angkatan Udara (Dispenau), Senin (23/8/2021).
"Sekilas kesulitan yang kami alami waktu melakukan pendekatan dengan Bandara Hamid Karzai adalah bandara tidak menyalakan peralatan untuk pendaratan malam. Sehingga kami melakukan pendaratan dengan menggunakan instrumen yang tidak reliable," sambungnya.
Ludwig melanjutkan, saat pada ketinggian 500 kaki, dia baru berhasil melihat runway Bandara Hamid Karzai. Dia pun segera memutuskan untuk melakukan pendaratan dengan penerangan seadanya.
"Saat mendarat, traffic yang ada hanya kita saja. Kemudian pesawat kita langsung diarahkan untuk parkir di parking step nomor 9 aprone nomor 8 dan setelah kita parkir, karena kita mengkhawatirkan supporting kemungkinan yang tidak tersedia, maka kita mempertahankan mesin nomor dua untuk menyala," bebernya.
Alasan dia tetap menyalakan mesin pesawat nomor dua adalah sebagai bentuk persiapan dalam keadaan darurat apabila pesawat harus segera meninggalkan bandara yang saat itu sedang mencekam.
"Kebetulan penumpang diarahkan oleh pasukan Turki yang juga anggota NATO sehingga proses boarding bisa dilakukan dengan lancar," tandasnya.
Follow Berita Okezone di Google News