DALAM biografi âBung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesiaâ yang ditulis Cindy Adams. Sebagai kepala Negara, Soekarno tidak mengetahui siapa yang harus dipercaya ketika mendapatkan laporan terkait tentang dirinya dengan rakyat Indonesia.
Aku teringat akan suatu hari, ketika aku menghadapi dua buah laporan yang bertentangan tentang diriku. Kadangâkadang seorang Kepala Pemerintahan tidak tahu, mana yang harus dipercayainya. Yang pertama berasal dari majalah "Look".Â
Baca juga:Â Soekarno, Anak Guru yang Tertarik Berpolitik hingga Jadi Presiden
"Look" menyatakan, bahwa rakyat Indonesia semua menentangku. Majalah ini memuat sebuah tulisan mengenai seorang tukang becak yang mengatakan seakanâakan segala sesuatu di Indonesia sangat menyedihkan keadaannya, dan orangâorang kampung pun sekarang sudah muak terhadap Sukarno.
Kusudahi membaca artikel itu pada jam lima sore dan tepat pada waktu aku telah siap hendak berjalanâ jalan selama setengah djam, seperti biasanya kulakukan dalam lingkungan istana, inilah satuâsatunya macam gerak badan bagiku. Seorang pejabat polisi yang sangat gugup dibawa masuk, sambil berjalan kutanyakan kepadanya, apa yang sedang dipikirkannya. "Ya, Pak," ia memulai,
Baca juga:Â Â Lapangan Ikada, Saksi Bisu "Sihir" Bung Karno hingga Jadi Wisata Bersejarah Jakarta
"Sebenarnya kabar baik." lanjutnya. "Apa maksudmu dengan sebenarnya kabar baik?" tanyaku. "Ya," katanya, "Rakyat sangat menghargai Bapak. Mereka mencintai Bapak. Dan terutama rakyat jelata. Saya mengetahui, karena saya baru menyaksikan sendiri suatu keadaan yang menunjukkan penghargaan terhadap Bapak. Kemudian ia berhenti.
"Teruslah," desakku, "Katakan padaku. Darimana engkau dan siapa yang kautemui dan apa yang mereka lakukan?"