JAKARTA - Sejarawan Bonnie Triyana memaparkan, bahwa salah satu Proklamator Republik Indonesia Mohammad Hatta, sangat mencintai buku.
"Hatta pernah mengatakan, 'Aku rela dipenjara asalkan bersama buku. Dengan buku aku bisa bebas',β kata Bonnie Triyana dalam Talk Show "Pekan Bung Hatta" yang ditayangkan di Channel Youtube BKNP PDI Perjuangan, Sabtu (14/8/2021), melansir Antara.
Menurut dia, Hatta memperlakukan buku sebagai jendela dan satu celah untuk bergerak bebas mempelajari apa pun di dunia ini. Kecintaannya kepada buku dimulai sejak masa mudanya di Padang, Sumatera Barat, hingga berlanjut sampai Rotterdam, Belanda.
"Hatta merupakan seorang pembaca yang tekun dan kutu buku. Bahkan seringkali ia dianggap sebagai teks book thinker," kata pria asal Rangkasbitung, Banten itu.
Dibesarkan di keluarga yang sebenarnya secara sosial merupakan golongan kelas menengah, Hatta memiliki kemampuan mengakses pendidikan yang berkualitas, bahkan pergi sekolah ke Belanda. Di sanalah Hatta banyak membaca buku dan menuangkan gagasannya dalam berbagai tulisan.
"Kalau seseorang piawai dalam menulis, dipastikan dia banyak membaca. Kita bisa pastikan itu dari tulisan-tulisan Hatta di media," kata Bonnie.
Hatta bukan seorang pembaca yang dogmatik, tapi dia membaca dengan kritis. Tidak semua yang dia baca ditelan mentah-mentah atau dia buang. Dari bacaannya itu, Hatta memetik beberapa hal yang berguna untuk bangsa.
Semangat dan kecintaan Hatta pada buku, dalam banyak kisah juga ditanamkan kepada anak-anak dan remaja agar mereka terbiasa untuk membaca.
Saat Hatta diasingkan di Banda Neira, salah satu permintaan Hatta kepada sahabatnya Eduard Post adalah mengirimkan sejumlah buku untuk anak-anak Banda Neira karena Hatta melihat anak-anak di Banda Neira tidak memiliki buku.
"Selain kecintaanya pada buku sudah tertanam sejak kecil, Hatta juga hendak menanamkan itu pada anak-anak kecil," tuturnya.
Kisah lain betapa Hatta sangat mencintai buku adalah saat Belanda hendak mengasingkannya ke Digul, Papua Selatan. Saat hendak diasingkan pada 1935, Hatta meminta kepada pemerintah kolonial untuk membawa serta buku-bukunya yang jumlah totalnya saat itu sebanyak 16 peti.
"Bayangkan jika satu peti itu isinya 100. Berarti ada 1.600 buku dibawa ke Digul oleh Hatta. Koleksi buku-buku Hatta saat ini masih tersusun rapi dan dapat dilihat di rumahnya Jalan Diponegoro 57, Jakarta," jelas Bonnie.
Baca Juga : Kisah M Hatta, Punya 8.000 Judul Buku Diangkut dengan 14 PetiΒ
Follow Berita Okezone di Google News