JAKARTA - Presiden kedua Indonesia Soeharto amat bersyukur bisa menjalani ibadah umrah pada 1977. Betul-betul umroh, menjalankan ibadah sunnah.
Dengan perjalanan itu, Soeharto memenuhi pula undangan pemerintah Arab Saudi. Waktu dia tiba di Ka’bah, benar-benar saya pasrah, dirinya resapkan perasaan menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Saya bersyukur, alhamdulillah saya diberi kesempatan untuk bersembahyang di dalam Ka’bah juga. Ka’bah yang menjadi kiblat semua umat Islam waktu bersembahyang," demikian penuturan Presiden Soeharto, dikutip dari buku “Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya” yang ditulis G Dwipayana dan Ramadhan KH, diterbitkan PT Citra Kharisma Bunda Jakarta, tahun 1982.
Baca juga:Â Ketika Presiden Soeharto Bicara soal Peran Wanita dan Kawin Lagi
Baca juga:Â Cerita Soeharto Bujuk Jenderal Soedirman Kembali ke Yogyakarta
Waktu akan sembahyang di sana, Soeharto berpikir dan berbisik, “Harus mengarah ke mana, nih?”
Sebabnya, karena Ka’bah itu adalah kiblat, arah ke mana kita mesti menghadap. Tetapi kalau kita sudah berada di dalamnya, jadinya kita mesti mengarah ke mana waktu sembahyang di sana?
Baca Juga: KKP Pastikan Proses Hukum Pelaku Perdagangan Sirip Hiu Ilegal di Sulawesi Tenggara