JAKARTA – Konflik antara Israel dan Palestina meningkat dalam beberapa hari belakangan ini, puluhan warga Palestina tewas di Gaza dalam aksi serangan udara zionis Israel paling intensif selama bertahun-tahun.
(Baca juga: Korban Tewas di Gaza Bertambah Jadi 48, Israel Akan Terus Lanjutkan Serangan)
Tindakan Israel dibalas oleh serangan roket dari para pejuang Hamas di Jalur Gaza. Akibatnya, sejumlah warga Israel meninggal.
(Baca juga: Hikayat Pasukan Komando Baret Merah yang Dibentuk Eks Sopir Ratu Wilhelmina)
Selain dengan pejuang Palestina, Zionis Israel juga berkonflik dengan milisi Hizbullah di Libanon. Sayap politik dan paramiliter Syiah ini memiliki pengaruh kuat di Libanon. Hizbullah juga memiliki beberapa kursi di parlemen.
Ada kisah menarik Pasukan Tentara Negara Indonesia (TNI) yang melakukan misi di Libanon. Saat itu, prajurit Kopassus yang ditugaskan berhasil menyelematkan pasukan elite Spanyol dari kepungan milisi Hizbullah.
Kisah ini diceritakan dan ditulis kembali dalam buku berjudul “Kopassus untuk Indonesia”. Sebuah karya yang disusun oleh E.A Natagera dan Iwan Santosa.
Kejadiannya bermula ketika Tim Recce (pengintai) dari Spanyol melakukan berpatroli disekitar daerah Libanon. Membawa 60 orang pasukan dengan 10 unit panser. Di tengah perjalanan, mereka melihat sebuah kabel di saluran air. Kabel yang diduga merupakan aliran komunikasi milisi Hizbullah. Barang itupun difoto sebagai barang bukti untuk dilaporkan kepada komandan mereka.
Sayangnya, kegiatan tersebut diketahui oleh anggota milisi Hizbullah. Mereka pun dikejar kemudian dikepung oleh pasukan milisi Hizbullah dengan senjata lengkap. Menggunakan motor trail dan membawa senjata AK-47 serta roket anti-tank/ RPG.
“Anda punya senjata, kami juga punya senjata. Kami tidak takut menghadapi Anda,”ujar salah satu milisi Hizbullah.
Berada dalam posisi terdesak, militer Spanyol segera menghubungi anggota TNI yang juga ada di Libanon. Pada saat itu keduanya, tergabung dalam United Nation Interim Force in Lebanon (UNIFIL). Sebuah pasukan perdamaian yang dibentuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pasukan TNI yang datang segera menengahi kedua kelompok tersebut dan memintanya untuk berdialog. Pihak milisi Hizbullah pun setuju untuk berdialog dan menghentikan pengejaran.
Pada akhirnya, pasukan milisi Hizbullah setuju untuk berdamai dan menghindari konflik. Mereka hanya meminta memory card yang digunakan pasukan Spanyol diberikan kepadanya. Syarat ini pun disetujui oleh pihak militer Spanyol tanpa ada pertentangan berarti.