PASUKAN elite TNI AD, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) genap berusia 69 tahun. Cikal bakal pasukan yang mempunyai seragam loreng darah mengalir ini sangat menarik untuk diulas. Okezone pun menulis kembali awal terbentuk pasukan yang awalnya bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) ini.
(Baca juga: Kisah Menegangkan Operasi Intelijen Kopassus di Negeri Belanda)
Kopassus sendiri dibentuk oleh seorang mantan instruktur Korps Speciale Troepen (KST) atau Pasukan Khusus Belanda. Tidak hanya tentara, tapi juga anak petani Bunga Tulip yang sempat jadi sopir Ratu Belanda, Wilhelmina di masa Perang Dunia II.
Dia adalah Rokus Bernardus Visser atau yang lebih dikenal Mochammad Idjon Djanbi. Lahir pada 13 Mei 1914, Visser muda āterdamparā di London, Inggris akibat pecah Perang Dunia II.
Kala itu, Visser muda berada di Inggris dalam rangka membantu ayahnya jadi pedagang bola lampu. Visser lantas memilih masih kedinasan tentara Belanda dalam pengungsian di Inggris, pasca-negerinya dikuasai Jerman.
(Baca juga: Wejangan Prabowo Selamatkan Nyawa 2 Perwira Kopassus Dalam Operasi Mapenduma)
Tapi setelah masuk dinas tentara, Visser ternyata hanya jadi sopir. Ya, sopirnya Ratu Wilhelmina yang juga mengungsi ke Inggris dan tugas ini hanya dilaluinya setahun.
Sempat keluar ketentaraan, Visser masuk lagi dan bergabung ke Pasukan Belanda ke-2 sebagai operator radio. Di pasukan ini, Visser akhirnya ikut merasakan yang namanya pertempuran di PD II dengan ikut Operasi Market Garden, pendaratan sekutu dengan terjun payung di Arnhem pada September 1944.
Karier militer Visser lumayan pesat dan sempat digembleng lagi di Sekolah Pasukan Para di India. Pengalamannya yang lumayan banyak untuk ukuran prajurit Belanda kala itu, membuatnya dipercaya mendirikan School voor Opleiding van Parachutisten di Hollandia (kini, Jayapura) dengan pangkat letnan pada 1946.
Visser juga sempat mudik pada 1947 ke Belanda dan tak lama kemudian bercerai denga istrinya, lantaran āogahā diajak ke Hindia Belanda (kini Indonesia). Sekembalinya ke Hindia Belanda, Visser dipromosikan jadi kapten, untuk menjabat pelatih kepala hingga 1949.
Pasca-penyerahan atau pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) dari Kerajaan Belanda, Visser pensiun dan memilih jadi petani di Lembang, Bandung dengan istri barunya asal Sunda. Namun kehidupan sunyi sebagai petani itu hanya dialami Visser yang sudah jadi mualaf dan berganti nama jadi Mochammad Idjon Djanbi, selama dua tahun.
Pasalnya pada 1951, datang seorang kenalannya, Letda Sugianto yang ternyata jadi ajudan Kolonel Alexander Evert Kawilarang, Panglima Komando Tentara Teritorioum III/Siliwangi. Sugianto ingin meminta jasa Idjon Djanbi di TNI.
Saat itu, Kawilarang berkeinginan penuh mewujudkan harapan salah satu koleganya yang tewas dalam pemberantasan Republik Maluku Selatan, Kolonel Ignatius Slamet Rijadi, untuk membentuk pasukan khusus dengan kualifikasi para-komando.
Namun TNI belum punya perwira yang bisa mencetak sendiri para prajurit-prajurit macam itu. Maka setelah mendapat info tentang Idjon Djanbi, dimintalah dia untuk melatih para prajurit Kesatuan Komando Tentara Teritorium (Kesko TT-III) Siliwangi di Batujajar, Jawa Barat.
Unit inilah yang kemudian jadi cikal-bakal Kopassus TNI AD. Unit itu dilatih Idjon Djanbi setelah pengangkatan resmi Menteri Pertahanan RI kala itu, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, di mana Djanbi dianugerahi pangkat mayor.