JAKARTA - Isu perombakan atau reshuffle kabinet kembali mencuat ke masyarakat setelah usulan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menggabungkan Menristek dan Kemendikbud serta Menteri Investasi disetujui oleh DPR. Berbagai spekulasi pun berkembang soal isu dua pos kementerian tersebut.Â
Direktur Eksekutif LIMA, Ray Rangkuti menilai, peleburan itu menandakan dua hal. Pertama, lemahnya komitmen Jokowi pada pengembangan riset dan teknologi. Menurut Ray, peleburan dalam satu badan akan membuat upaya menjadikan riset sebagai garda depan keputusan pengambilan kebijakan jadi terhambat.
"Dan dengan sendirinya, dana dan fokus riset juga akan berubah," tutur Ray saat dihubungi, Selasa (13/4/2021).
Baca Juga:Â Â Isu Reshuffle Mencuat, Ini Reaksi Istana
Kedua, kata Ray, betapa investasi jauh lebih utama dari pada pengembangan keilmuwan berbasis riset. Dia menilai, jika kepedulian Jokowi kuat pada pengembangan pengetahuan dan teknologi berbasis riset dan hasil karya bangsa sendiri, kementerian riset itu mestinya tetap dipertahankan.
"Jika ada kementerian yang perlu dilikuidasi, kementerian penerangan (Kominfo) mungkin lebih tepat dan pas. Pada praktiknya, kementerian ini juga pernah ditiadakan oleh Presiden Gus Dur," ujarnya.
Lebih lanjut Ray melihat, dari dua pos kementerian yang diusulkan Presiden Jokowi untuk dirombak, Menteri Investasi yang berpotensi menjadi rebutan partai politik. Sehingga, secara tidak langsung hal ini akan dapat mengundang persaingan di internal koalisi yang bisa berujung pada kegaduhan politik.
"Menempatkan profesional menjabat di posisi menterinya, belum tentu jadi solusi. Mengingat betapa strategis posisi ini bagi pengelolaan keuangan negara, ada kemungkinan jabatan ini akan tetap jadi rebutan parpol," kata mantan aktivis 98 itu.
Baca Juga:Â Desak Nadiem Dicopot, PKB: Misi Pembangunan SDM Jokowi Bisa Gagal
(Ari)