JAKARTA - Di Hindia Belanda pernah hidup agen spionase atau mata-mata bernama Mata Hari yang mendapat julukan 'The Greatest Woman Spy' atau ratunya agen rahasia.
Nama aslinya Margaretha Geertruida 'Grietje' Zelle, lahir pada 7 Agustus 1876 dari pasangan pengusaha minyak Belanda.
Hidupnya mulai kacau, ketika usaha ayahnya bangkrut pada 1889. Orangtuanya bercerai, ibunya meninggal. Ia dikeluarkan dari sekolah calon guru taman kanak-kanak karena skandal dengan kepala sekolahnya.
National Geographic menulis, ketika usia 18 tahun, ia menikah dengan seorang pegawai militer Belanda, Rudolf John MacLeod, yang 20 tahun lebih tua. Zelle hijrah ke Malang, Jawa Timur, pada 1897 yang masih menjadi daerah kekuasaan Hindia Belanda.
Baca juga:Â Kisah Ratu Belanda Juliana Tanda Tangan Naskah Pengakuan Kedaulatan
Kemudian ia tinggal di kota Ambarawa, Jawa Tengah, juga pernah tinggal di Sumatera. Kehidupannya tidak mulus. Anak lelakinya tewas hingga puncaknya ia bercerai dengan suaminya yang gemar mabuk dan main perempuan, sekaligus terlalu cemburu dengan pesona yang dimiliki istrinya.
Baca juga:Â Kisah Agen Rusia yang Menyamar Menjadi Warga Kanada Selama 20 Tahun
Ia kemudian belajar tarian Jawa dan gemar memakai sarung. Untuk terlihat sebagai wanita timur, ia memakai nama Mata Hari, artinya sang surya Matahari.
Ia lalu merantau ke Paris. Nama Mata Hari dipakai sebagai nama panggung untuk pertunjukan menari bergaya erotis. Setelah jadi pemain sirkus, ia jadi penari erotis. Di panggung dia memakai nama Mata Hari.
BBC melaporkan ia disebut menciptakan striptis sebagai bentuk tarian. Pernah dipamerkan bukti-bukti pertunjukannya dan ada tumpukan kliping surat kabar beserta foto-foto.
Sebelum terjun di dunia spionase, ia menjadi erotic temple dances yang dipelajari di Jawa dan India. Kelihaiannya menari membuat tawaran menari banyak berdatangan dari kota-kota besar di Eropa, bahkan Mesir.
Mata Hari kembali ke Prancis melalui Spanyol pada 1916 setelah singgah sebentar di London untuk diinterogasi dinas intelijen Inggris, MI6. Di Madrid, dia menjalin kontak dengan Arnold von Kalle, atase militer Jerman.
Mata Hari mengatakan hal ini ditempuh untuk memenuhi janjinya kepada intelijen Prancis. Ia akan menggunakan jaringan perwira Jerman yang dikenal sebelum perang untuk membantu sekutu.
Di buku True Spy Stories karangan Paul Dowswell dan Fergus Fleming, Mata Hari dikatakan bosan dengan kondisi perang. Sebabnya, selama dua tahun, ia tidak bisa bebas melakukan apa-apa. Hanya diam di rumahnya di Belanda hingga akhirnya munculah Karl Kramer, atase pers Konsulat Jerman di Belanda.
Kramer memintanya kembali ke Paris, Prancis, negara musuh Jerman. Ia diminta menggunakan semua daya pikatnya untuk berbaur kembali dengan para orang berpengaruh di sana.
Ketika jadi penari telanjang di Berlin, Mata Hari direkrut agen rahasia Jerman. Beberapa penulis biografi, misalnya, Erika Ostrovsky yakin bahwa Mata Hari pernah menjalani pelatihan di sekolah mata-mata Jerman di Antwerp, Belgia. Oleh Jerman, dia disebut dengan kode 'H21'.
Selain jadi mata-mata Jerman, ia juga direkrut menjadi mata-mata Perancis, demi uang agar bisa hidup bersama kekasihnya yang asal Rusia, Vladmir Masloff.