J.J. MEINSMA dalam Babad Tanah Djawi: Javaanse Rijskroniek menulis Jaka Tingkir lahir di Pengging, Boyolali, Jawa Tengah.
(Baca juga: Masjid Peninggalan Joko Tingkir)
Jaka putra dari Ki Kebo Kenanga (Ki Ageng Pengging), anak dari Pangeran Handayaningrat (Ki Ageng Pengging Sepuh), seorang bangsawan keturunan raja Majapahit yang menikahi Ratu Pembayun, satu-satunya anak dari Prabu Brawijaya dengan permaisurinya.
Ia lahir sewaktu ada pertunjukan wayang beber (juga dinamakan wayang krebet) maka ia pun dinamakan Mas Krebet.
(Baca juga: Aksi Heroik Emen si Tukang Becak Luluh Lantahkan Tank Canggih Inggris)
Jaka Tingkir hidup dalam pelarian setelah ayahnya terlibat dalam upaya pemberontakan atas Demak. Andayaningrat dikisahkan tewas di tangan Sunan Kudus.
Ibunya meninggal. Jaka Tingkir menjadi yatim-piatu di usia muda. Oleh keluarganya ia dibawa ke desa Tingkir dan diadopsi oleh seorang janda kaya, sahabat ayahnya.
Ia diberi nama Jaka Tingkir, pemuda dari Tingkir yang dikenal dan dicintai di mana-mana di daerah raja-raja Jawa Tengah, tulis H.J. De Graaf dalam Awal Kebangkitan Mataram: Masa Pemerintahan Senapati.
Babad Tanah Jawi menyebutkan Jaka Tingkir lalu belajar pada Kiai Ageng Sela di Purwodadi. Jaka Tingkir juga menerima pelajaran dari Sunan Kalijaga. Wali penyebar Islam di tanah Jawa .
Sunan Kalijaga juga yang menyarankan kepada Jaka untuk bekerja di Demak. Guru pertamanya adalah Sunan Kalijaga. Ia juga berguru pada Ki Ageng Sela, dan dipersaudarakan dengan ketiga cucu Ki Ageng Sela yaitu, Ki Juru Martani, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Panjawi.
Ketika menuju ke Demak, Jaka Tingkir muda melewati Bengawan Semanggi. (dulu namanya bukan Bengawan Solo) tetapi aslinya Bengawan Semanggi.
Dikatakan sebagai bengawan Semanggi karena tepinya banyak tumbuh pohon Semanggi. Dari bengawan Semanggi ini dia bergerak menuju ke Demak naik perahu rakit, yang didorong oleh 40 buaya.
Perahu rakit dengan 40 buaya itu simbol. Jaka Tingkir masuk ke Demak dengan dukungan 40 preman. Tujuannya supaya dia bisa meniti karir di Demak .
Ia lantas mendaftar sebagai pengawal pribadi raja. Ada kejadian yang membuat Sultan Trenggana terpana, diceritakan di Babad Tanah Jawi.
“Keberhasilannya salto melompati kolam masjid Demak dengan lompatan ke belakang –tanpa sengaja karena sekonyong-konyong ia harus menghindari Sultan dan parga pengiringnya, memperlihatkan bahwa dialah orang yang tepat sebagai tamtama, dan ia pun dijadikan kepala tamtama.”
Kisah itu juga diceritakan oleh Raden Sumito Joyo Kusumo atau Kandjeng Sri Sultan Suryoalam ,Sultan Demak sekarang.
"Yaa....Jaka Tingkir melompat kolam karena jalannya mau dilewati Kandjeng Sultan Suryoalam ke 3 atau Pangeran Trenggono, "ungkapnya.
Follow Berita Okezone di Google News