PERJALANAN Kerajaan Mataram dimulai dari raja pertama Panembahan Senopati hingga raja yang cukup terkenal yaitu Sultan Agung. Ada cerita menarik soal makam yang diidam-idamkan sang raja.
Dalam kepemimpinan Sultan Agung, tercatat Mataram sempat menyerbu Batavia, yang menjadi pusat pemerintahan kolonial Belanda, di tanah Nusantara, dan pusat gurita bisnis VOC yang mencengkeram kekayaan Nusantara, selama ratusan tahun.
Sebuah sejarah besar dari Sultan Agung ini juga berkaitan dengan rencana makam yang diinginkannya. Untuk menentukan tanah yang akan dijadikan pemakaman dirinya, Sultan Agung pun melempar batu yang berasal dari Makah.
Batuan yang dilempar dengan kekuatan besar ini akhirnya sampai di Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Kabupaten Bantul. Sebuah bukit kecil ini akhirnya menjadi menjadi idaman Sultan Agung untuk menjadi tempat peristirahatan kekalnya kelak.
Karena lokasi yang sejuk dan juga penuh daya magis, serta lokasi jatuhnya batu yang dilemparnya, paman Sultan Agung, yakni Pangeran Juminah pun meminta izin untuk bisa dimakamkan di komplek tersebut. Keeinginan sang paman meskipun tidak mengenakkan, akhirnya juga diizinkan.
Baca juga: Sabeni Pendekar Silat Betawi yang Robohkan Prajurit Jepang dan Jago Kuntau
Akhirnya Pangeran Juminah meninggal terlebih dahulu dan dimakamkan di lokasi tersebut. Sultan Agung sedikit kecewa, akhirnya dia memilih lokasi di Pajimatan atau dikenal dengan makam raja-raja Imogiri
Menurut Juru kunci makam Giriloyo, Muh Syifa, makam Giriloyo didirikan tahun 1628-1829. Makam ini terdiri atas empat bagian, yaitu makam di sayap kiri (barat), makam di sayap kanan (timur), makam di luar pagar keliling, dan masjid. Untuk menuju makam sayap kiri (barat) harus melewati 25 anak tangga.
Baca juga: Tongkat Komando Bung Karno Tidak Kuat Diangkat Pengawal Presiden AS Eisenhower
Tokoh Kerajaan Mataram, yang dimakamkan di sayap kanan (timur) antara lain Kiai Ageng Giring, Kiai Ageng Sentong, dan Sultan Cirebon V. Tokoh yang dimakamkan di sayap kiri (barat) antara lain Kanjeng Ratu Pembayun (istri Amangkurat), makam Kanjeng Ratu Mas Hadi (ibu Sultan Agung ), dan Kanjeng Panembahan Juminah (paman Sultan Agung ).
"Meskipun tidak menjadi makam Sultan Agung. Namun di kompleks makam muncul keanehan. Yaitu hadirnya kramat tiban atau sekaran sepen," ungkapnya beberapa waktu lalu.