Membicarakan Presiden pertama RI Soekarno atau Bung Karno tak bisa lepas dari kisah menakjubkan yang mengiringinya. Kisahnya saat Bung Karno berkunjung ke Kebumen, Jateng. Kejadiannya menjelang Pemilu 1955.
Dalam bukunya Total Bung Karno, Roso Daras menuliskan cerita ini disampaikan oleh Teguh Twan. Pematung keturunan Tionghoa kelahiran tahun 1939 itu, menceritakan pengalamannya menyaksikan pidato Bung Karno secara langsung di Alun-alun Kebumen. Ketika itu, usianya 16 tahun. Ia tinggal di Jalan Pemuda, Kebumen.
Baca juga: Kisah Gaib Bung Karno dan Jadi "Dukun" di Bengkulu
Waktu itu, Bung Karno singgah di pendopo kabupaten yang sedang diguyur hujan lebat. Masyarakat yang sudah berbondong-bondong datang ke Alun-alun, berteduh di rumah-rumah penduduk di sekitar Alun-alun.Podium dan perlengkapan pengeras suara sudah siap di Alun-alun. .
Hujan yang turun dari shubuh mendadak berhenti begitu Bung Karno hendak berpidato. Ribuan manusia keluar dari tempatnya berteduh ke tengah Alun–alun.
Baca juga: Sumbangsih 'Bung Besar' untuk Kemerdekaan Aljazair
Bung Karno berjalan kaki diiringi pengawal dan kepala daerah. Segera ia naik ke podium dan memulai pidatonya. “Hening…. Saking heningnya, suara kokok ayam di kejauhan bisa terdengar…,” ujar Twan.
Massa mendengarkan pidato Bung Karrno yang begitu hebat, begitu berapi-api, dengan sangat khidmat. Sorak-sorai massa begitu menggemuruh. “Saya tidak pernah melupakan kejadian itu,” kenangnya.
(wal)