JAKARTA – Aksi penyerbuan Gedung Capitol Amerika Serikat (AS) oleh ratusan pendukung Presiden Donald Trump, hingga menyebabkan sejumlah orang tewas pada Rabu (7/1), telah mencoreng demokrasi di negeri Paman Sam tersebut.
Serangan itu, tercatat yang terburuk dalam 200 tahun terakhir. Banyak pihak menilai demokrasi AS mengalami kemunduran.
(Baca juga: 8 Komitmen Listyo Sigit Prabowo sebagai Calon Kapolri)
Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono angkat bicara terkait hal tersebut. Dia menilai implementasi sistem demokrasi tidaklah sempurna. Hal itu terlihat dari drama politik yang terjadi di Amerika Serikat.
“Bagi para pencinta demokrasi, drama politik di AS saat ini dapat dipetik pelajarannya. Pertama, sistem demokrasi tidaklah sempurna, terutama implementasinya. Ada wajah baik & wajah buruk dalam demokrasi. Namun, tidak berarti sistem otoritarian & oligarki lebih baik,” tulis @SBYudhoyono dikutip MNC Media, Rabu (20/1/2021).
Ia kemudian menilik ucapan Presiden Trump yang mengatakan pilpres curang memicu kemarahan pendukungnya, sejumlah orang kemudian menyerang Capitol Hill yang kemudian disaksikan masyarakat dunia melalui layar televisi.
“di era post-truth politics, ucapan pemimpin (presiden) harus benar dan jujur. Kalau tidak, dampaknya sangat besar,” tambah SBY.
Terlebih dalam teorinya, post-truth politics (politik yg tdk berlandaskan pada fakta). SBY menyebut ucapan Presiden Trump akan membuat dirinya kehilangan kepercayaan rakyat. Sebab saat ini, rakyat bisa bedakan mana yang benar (faktual) dengan yang bohong (tidak faktual).
“Tiap pemilu ada yang menang, ada yang kalah. Meskipun berat & menyakitkan, siapapun yang kalah wajib terima kekalahan & ucapkan selamat kepada yang menang. Itulah tradisi politik & norma demokrasi yang baik. Sayangnya, sebagai champions of democracy, ini tidak terjadi di AS sekarang,” tuturnya.
Melihat kondisi demikian, pergantian kekuasaan yang damai (smooth and peaceful) tak terjadi di Amerika Serikat. Sebab, transisi kekuasaan dibarengi luka, kebencian dan permusuhan. Hal ini menjadi petaka bagi AS yang politiknya terbelah (deeply divided). Energi Biden bisa habis dimasa pemerintahannya demi menyatukan AS kedepan.
Baca Juga: KKP Pastikan Proses Hukum Pelaku Perdagangan Sirip Hiu Ilegal di Sulawesi Tenggara