JAKARTA – Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudho Margono menjelaskan bahwasanya drone yang ditemukan di Kepualauan Selayar, Sulawesi Selatan merupakan seaglider. Alat tersebut dipastikan dapat menyelam hingga 2.000 meter di bawah permukaan laut.
(Baca juga: Klarifikasi KSAL soal Temuan Drone Bawah Laut di Selayar)
Dalam rangka penyelidikan lebih lanjut, TNI AL membawa seaglider tersebut ke Pusat Hidrografi dan Oseanografi Angkatan Laut yang terletak di Ancol, Jakarta Utara.
Drone bawah laut ini juga dilengkapi dengan sejumlah sensor yang dapat merekam kedalaman laut, arah arus, suhu, kadar oksigen, kesuburan laut, hingga suara ikan. Menariknya, perangkat pengumpul data bawah laut itu tidak memiliki nama negara pembuat atau pemiliknya.
(Baca juga: Cita-Cita Mulia Syekh Ali Jaber, Jadikan Generasi Muda Lombok Tahfidz Quran)
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto, Juwana, pun menduga Seaglider itu merupakan perangkat mata-mata, bukan milik swasta.
"Ini menambah kuat dugaan Seaglider merupakan perangkat mata-mata dan bukan dimiliki oleh swasta," kata Hikmahanto Juwana, Selasa (5/1/2021).
Dilansir dari Wikepedia, Seaglider adalah Autonomous Underwater Vehicle (AUV) menyelam dalam yang dirancang untuk misi yang berlangsung berbulan-bulan dan menempuh jarak ribuan mil. Dalam aplikasi militer , Seaglider lebih sering disebut sebagai Unmanned Underwater Vehicle (UUV).
Seaglider awalnya dikembangkan oleh University of Washington dengan nama iRobot. Lalu iRobot menerima lisensi lima tahun eksklusif untuk memproduksi Seaglider bagi pelanggan di luar University of Washington pada bulan Juni 2008.
Pada Mei 2013, Kongsberg Underwater Technology, Inc. mengumumkan, mereka telah menyelesaikan negosiasi dengan Pusat Komersialisasi Universitas Washington untuk mendapatkan hak tunggal memproduksi, memasarkan, dan melanjutkan pengembangan teknologi Seaglider.
Seaglider dapat digunakan untuk mengukur suhu, salinitas, dan kuantitas lain di lautan, mengirimkan kembali data menggunakan telemetri satelit global. UUV Seaglider digunakan di seluruh dunia, mengumpulkan properti fisik kelautan dan melakukan berbagai misi lain untuk ahli kelautan, termasuk Angkatan Laut AS, lembaga pemerintah, dan organisasi penelitian.