JAKARTA - Budayawan Emha Ainun Nadjib atau yang akrab disapa Cak Nun, turut memberikan responsnya, terkait keadaan bangsa yang tengah dilanda pandemi virus corona (Covid-19) serta munculnya sejumlah masalah mulai dari sosial, penegakan hukum serta ekonomi.
Cak Nun mengungkapkan, dirinya sempat mengirimkan pesan WhatsApp (WA) kepada seseorang yang berkuasa di Jakarta.
Berikut penuturan Cak Nun yang dituangkan dalam www.caknun.com, Minggu (13/12/2020).
Pagi tadi saya kirim teks WA kepada yang sedang berkuasa di Jakarta: "Njaluk tulung kondho arek2 ojo nemen2 lho. Yokyokopo wong iku yo syahadat yo salat yo niate apik masio carane gak bijaksana. Umpomo wong sing kok tahan iku Setan, elingo nek Polisi dudu Malaikat lho," kata Cak Nun.
"Pemerintah berkuasa atas Indonesia, tapi tidak berkuasa atas kehidupan, nasib, min haistu la yahtasib keluarga kita, anak istri kita. Innallaha ‘ala kulli syai`in Qadir. Masio iso nangkep maling ndik kampung, diukum ae, ojo sampak diidoni. Di atas kebenaran ada kebaikan. Puncak pencapaian kebenaran dan kebaikan adalah martabat. Puncak martabat adalah kemuliaan. Wong iso salah, tapi menungsone tetep duweke Allah," tambahnya.
Alhamdulillah dijawab: “Leres Cak. Saya forward nang arek-arek”.
Baca juga: Beda Keterangan Polisi dan FPI, Cak Nun: Kita Rakyat Harus Percaya yang Mana?
Dalam hidup ini pasti yang kita bela adalah martabat manusia dan muru`ah kemanusiaan. Kita berpihak kepada Tuhan dengan menyayangi semua makhluk-Nya, terutama ummat manusia. Berjuang mencapai kebersamaan, persatuan dan kesatuan, karena Allah sendiri mengkonsep ummat manusia adalah “ummatan wahidah”.
Jasad manusia adalah petilan amat kecil dari wujud Allah itu sendiri. Sekecil apapun manusia, ia adalah maujud Tuhan. Bahkan ketika ada manusia lapar, Tuhan berempati dengan meletakkan diri-Nya pada orang lapar itu. “Wahai hamba-Ku, Aku lapar engkau tak memberi-Ku makan. Aku haus, engkau tak memberi-Ku minuman. Aku kesepian, engkau tak menyapa-Ku”.