JAKARTA - Wakil Presiden RI, Ma'ruf Amin, mengatakan moderasi beragama merupakan kunci terciptanya toleransi dan kerukunan, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global. Moderasi, kata Ma'ruf, merupakan kebajikan yang mendorong terciptanya harmoni sosial dan keseimbangan dalam kehidupan secara personal, keluarga dan masyarakat.
Atas dasar itu, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) perlu didorong untuk dapat meningkatkan penyebarluasan moderasi beragama di kalangan umat sehingga dapat mencegah konflik dan radikalismedalam kerangka kerukunan umat beragama.
"Termasuk dengan senantiasa menggunakan narasi-narasi kerukunan dalam mengkomunikasikan masing-masing ajaran agamanya, bukan dengan narasi konflik," ujar Ma'ruf pada acara Rakornas FKUB 2020 secara virtual, Selasa (3/11/2020).
Menurut Ma'ruf, secara empiris moderasi beragama dapat diukur dari empat indikator. Pertama, toleransi. Adalah sikap dan perilaku seseorang yang menerima, menghargai keberadaan orang lain dan tidak mengganggu, termasuk hak untuk berkeyakinan dan mengekspresikan keyakinan agama mereka, meskipun keyakinan mereka berbeda dengan keyakinan dirinya.
"Kedua, anti kekerasan. Moderasi beragama tidak membenarkan tindak kekerasan, termasuk penggunaan cara-cara kekerasan atas nama agama untuk melakukan perubahan, baik kekerasan verbal maupun kekerasan fisik," jelasnya.
Ketiga, lanjut Ma'ruf, adalah komitmen kebangsaan, terutama berbentuk pada penerimaan Pancasila sebagai ideologi negara, UUD 1945 sebagai konstitusi, dan NKRI sebagai pilihan bentuk Negara Indonesia.
Baca Juga :Â Wapres Ma'ruf : Pemahaman Agama Puritan Telah Lahirkan Radikalisme
"Keempat, pemahaman dan perilaku beragama yang akomodatif terhadap budaya lokal atau konteks Indonesia yang multi-kultural dan multi-agama," jelasnya.
Ma'ruf berharap para tokoh agama mampu menjadi jembatan strategis bagi umat untuk menggerakkan moderasi beragama ini, baik dalam keyakinan dan pemahaman keagamaan maupun tindakan konkret dalam melakukan pencegahan, mediasi, dan penyelesaian konflik antarumat beragama.
"Tokoh agama juga diharapkan mampu menempatkan posisinya sebagai modal sosial yang amat penting bagi bangsa untuk mewujudkan kerukunan umat beragama di Indonesia," pungkasnya.
(aky)