JAKARTA - Indonesia dikenal sebagai negeri para pahlawan. Dari Sabang hingga Merauke, banyak orang hebat yang mengorbankan jiwa raganya untuk merebut hak pusaka (kemerdekaan) dari rezim kolonial Belanda. Satu dari sekian banyak pahlawan ialah Pangeran Antasari.
(Baca juga: Mengenal Pangeran Antasari, Sultan Banjar yang Gigih Melawan Penjajah)
Dikutip dari Wikipedia, Pangeran Antasari lahir di Kayu Tangi, Kesultanan Banjar, pada 1797 atau 1809. Dia tutup usia di Bayan Bengok, Hindia Belanda, 11 Oktober 1862.
Antasari adalah Sultan Banjar. Pada 14 Maret 1862 ia dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.
Seruan yang terkenal saat Pangeran Antasari didapuk menjadi pemimpin pemerintahan, panglima perang dan pemuka agama tertinggi adalah: "Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah!."
Dengan penobatan itu, tak ada alasan bagi Antasari untuk berhenti berjuang.
Pangeran Antasari dikenal gigih dalam tiap pertempuran. Semisal pada Perang Banjar, ia tanpa rasa gentar menyerang tambang batu bara milik Belanda di Pengaron pada pada tahun 1859.
Tak hanya itu, Antasari juga kerap melancarkan serangan ke pos-pos Belanda yang ada di wilayah Kerajaan Banjar, seperti di Martapura, Tabalong, sepanjang Sungai Barito, dan lain sebagainya.
Kegigihan Antasari dan pasukannya dalam melawan Belanda membuat rezim kolonial kewalahan. Berkali-kali pemerintah melobi Antasari agar takluk, namun upaya itu dimentahkan olehnya. Antasari enggan berkompromi terhadap orang asing yang menjajah negerinya.