SETIAP bulan September, bangsa Indonesia diingatkan dengan sejarah kelam akibat Gerakan 30 September (G30S) 1965 yang dilakukan gerombolan komunis dengan didalangi DN Aidit dan tokoh lainnya seperti Sjam Kamaruzzaman dari Biro Khusus PKI.
Namun jauh dibelakang di bulan yang sama, tepatnya 10 September 67 tahun silam, Gubernur Jawa Timur pertama, Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo, gugur akibat korban keganasan gerombolan PKI, jelang meletusnya Madiun Affair, atau saat ini lebih dikenal sebagai pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun 1948.
Okezone pun kembali mengulas kisah gugurnya Gubernur Soerjo yang mempunyai andil besar dalam perjuangan arek-arek Suroboyo pada Pertempuran 10 November 1945 kontra sekutu. Kala itu, Soerjo dibantai dalam perjalanan pulang dari Yogyakarta, 10 September 1948.
(Baca juga: Kesaksian Putri Jenderal Nasution saat Malam Jahanam di Teuku Umar 40)
Ketika itu di sebuah hutan sekitar Kedunggalar, Ngawi, mobil Gubernur Soerjo dicegat gerombolan Front Demokrasi Rakyat (FDR/PKI). Dalam beberapa literatur, disebutkan gerombolan itu dipimpin Maladi Yusuf. Dalam saat yang sama, tidak hanya Gubernur Soerjo yang ikut jadi korban. Disebutkan dua perwira polisi, Kombes Pol M. Doerjat dan Kompol Soeroko ikut menjadi korban.
(Baca juga: Peristiwa Madiun: Saat Jasad Musso Dibakar, Abunya Berserakan di Alun-Alun)
Ketiganya jadi korban acak PKI yang memang mengincar orang-orang pemerintahan. Gubernur Soerjo sendiri kala itu sudah menjabat Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung sejak 1947.
“(Soerjo dan M. Doerjat) adalah random victim. Mereka (PKI) menghajar orang-orang pemerintah,” tutur penggiat sejarah Roode Brug Soerabaia, Ady Erlianto Setiawan kepada Okezone beberapa waktu lalu.
“Termasuk Kombes Pol M. Doerjat yang dicegat pada saat bersamaan. Pak Soerjo dari arah Yogya ke Surabaya, Kombes Pol M. Doerjat dari Surabaya ke Yogyakarta. Ketiganya diseret masuk ke dalam hutan untuk dihabisi nyawanya,” sambungnya.