JAKARTA - Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara (FIB USU), Dedy Rahmat Sitinjak mengatakan, fenomena kata anjay yang kerap diucapkan milenial lantaran bahasa bersifat dinamis. Setiap kata, sambung dia, bisa berbeda makna bila dilihat dari konteks situasi dan waktu.
"Kata 'anjay' memang cukup familiar ditelinga pada masa kini, namun sudah dapat kita tebak kata tersebut merupakan pelesetan nama hewan berkaki empat yang suka menggonggong. Perlu diketahui bahwa bahasa tidak terlepas dari konteks situasi dan waktu," kata Deddy saat dihubungi Okezone, Selasa (1/9/2020).
 Baca juga: Komnas PA Minta Hentikan Penggunaan Istilah AnjayÂ
Dedy pun mencontohkan fenomena kata anjay seperti kata jancuk yang sebelumnya hanya populer di Jawa Timur. Menurut dia, dinamisnya sifat bahasa dan pengaruh media sosial (medsos) menjadikan kata tersebut menjadi populer di Tanah Air.
"Kita ambil satu contoh pada fenomena istilah kata yag sering kita dengar pada sebagian masyarakat Jawa Timur yang sering mengucapkan kata 'cuk' atau 'jancok' yang mana maknanya mengandung banyak arti," sambung dia.
"Arti sebuah kata melambangkan ekspresi dan dari satu kata bisa melambangkan banyak ekspresi, bisa sebagai ekspresi tanda canda, bisa sebagai ekspresi tanda kecewa, bisa sebagai ekspresi tanda kedekatan emosional, dan bisa juga sebagai ekspresi emosional," tambah pria asal Tapsel itu.