JAKARTA – Erupsi Gunung Anak Krakatau pada Jumat 10 April 2020 malam hingga Sabtu 11 April 2020 pagi disebut tidak lebih besar dibandingkan erupsi pada Desember 2018.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono mengatakan, berdasarkan hasil monitoring kegempaan pada saat terjadi erupsi, phaknya tidak mencatat aktivitas seismik.
"Sehingga erupsi Gunung Anak Krakatau kali ini berdasarkan catatan sensor BMKG lebih lemah dibandingkan erupsi yang terjadi pada 22 Desember 2018 lalu," kata Triyono kepada wartawan, Sabtu (11/4/2020).
Ia mengatakan, saat erupsi Gunung Anak Krakatau pada 22 Desember, pihaknya mendeteksi dan menganalisis potensi tsunami. Pada saat itu, tsunami terjadi menerjang pesisir Banten dan Lampung.
Namun, tidak demikian dengan hasil monitoring terkait erupsi Gunung Anak Krakatau semalam.
"Dari monitoring seismik tidak ada catatan-catatan sensor yang me-record aktivitas tersebut," ucapnya.
Pihaknya pun mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir dengan erupsi tersebut lantaran tidak berpotensi menyebabkan tsunami.
Baca Juga : Gunung Krakatau Disebut Sebabkan Pulau Jawa dan Sumatera Terpisah, Ini Penjelasan PVMBG
"Tidak ada potensi tsunami yg disebabkan Gunung Anak Krakatau. Dengan PVMBG kami terus monitor aktivitas Gunung Anak Krakatau," tuturnya.
(erh)