CIREBON - Setiap harinya Tummi (42), rela membanting tulang bekerja sebagai pemecah batu di kolong jembatan layang, Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Jawa Barat, untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Tummi terpaksa melakukan pekerjaan kasar tersebut, lantaran ingin membantu suaminya bernama Jarkoni (58) untuk mencari nafkah. Pasalnya, Jarkoni saat ini sudah tidak bisa lagi bekerja secara maksimal sebagai pengayak (penyaring) pasir.
Dijelaskan Tummi, salah satu bagian kaki milik suaminya itu terpaksa harus diamputasi setelah mengalami kecelakaan kerja. Suaminya biasa diberi upah sebesar Rp. 50 ribu setiap kali mengayak pasir yang dibawa oleh satu mobil truk.
"Paling besar itu bisa Rp250 ribu. Tapi itu kan enggak tiap hari. Suami saya kalau kerja agak terganggu, soalnya bagian kakinya ada yang diamputasi," ujar Tummi kepada Okezone, Rabu, 17 Desember 2019.
Tummi menyampaikan, saat pergi ke kolong jembatan, dirinya harus membawa kedua anaknya yakni Siti Rukoyah (4) dan Raisa Khaira Wilda (5). Ia tidak tega jika harus meninggalkan kedua anaknya itu di rumahnya.
Selain Raisa dan Rukoyah, Tummi memiliki dua anak lainya yakni Muhammad Syafiurohman (13) serta Siti Kuswati (11). Syaifurohman saat ini sedang menempuh pendidikan di sebuah pondok pesantren di Cirebon. Sementara Kuswati sebentar lagi akan masuk ke Sekolah Menengah Pertama (SMP).
"Kalau ditinggal di rumah kan kasian, yang anak laki-laki lagi mondok. Satunya yang perempuan mau masuk SMP" tambahnya.
Tummi pun harus membagi kosentrasinya saat bekerja. Ia terkadang meluangkan waktu untuk mengasuh kedua anaknya, setelah beberapa kali memecahkan batu menggunakan palu.