BEKASI - Bagi penyandang disabilitas, kekurangan fisik yang dimiliki kerap menjadi hambatan untuk mendapatkan fasilitas hidup layaknya orang normal. Mulai dari pendidikan, menikmati sarana prasarana umum hingga mendapatkan pekerjaan, kaum disabilitas seringkali mengalami kesulitan.
Karena hal-hal tersebut, tak heran banyak penyandang disabilitas yang minim pendidikan, hingga membuat mereka tak bisa memperoleh pekerjaan sebagaimana yang diharapkan. Sebut saja kaum tunanetra, yang karena keterbatasan pendidikan, banyak diantaranya yang akhirnya memilih berprofesi sebagai tukang pijat ataupun pengamen.
Keberadaan kaum tunanetra yang mengamen di jalan-jalan besar, sebenarnya sudah jadi pemandangan umum. Kebanyakan dari mereka didampingi seseorang ketika mengamen, meski ada pula yang memilih beroperasi sendiri. Kekurangan fisik para pengamen tunanetra ini pun kerap menjadi senjata ampuh untuk lebih banyak menghasilkan uang, ketimbang pengamen pada umumnya.
Sebagai salah satu daerah penyangga ibukota, Kota Bekasi tak luput dari incaran pengamen tunanetra untuk mengais rezeki, meski kini keberadaannya sudah sangat jarang ditemui karena upaya penertiban. Pun demikian, Pemkot Bekasi mengaku terus berupaya memberikan pembinaan dan hak-hak mereka sebagai warga negara.
"Dalam situasi seperti ini saya berusaha untuk selalu kondusif di Bekasi mengenai tunanetra. Berusaha untuk membina mereka dalam berbagai keadaan, karena mereka juga warga Indonesia yang harus dilindungi," kata Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bekasi, Ahmad Yani saat diwawancarai Okezone, Jum'at (13/12/2019).