SLEMAN – Menteri Agama Fachrul Razi menyoroti perkembangan teknologi yang rawan terjadi penyimpangan, khususnya dalam kaitan agama. Menyusul pola pendidikan yang tidak benar dari generasi milenial yang banyak belajar dari media sosial. Kalangan akademisi di bawah Kementerian Agama (Kemenag) harus mampu mengedukasi umat beragama dengan berwawasan kebangsaan.
Menteri Agama (Menag) menjelaskan dalam era desrupsi 4.0, telah diikuti perubahan yang sangat pesat di semua bidang, yang berpengaruh sangat cepat dan luas di berbagai bidang. Pola pikir masyarakat, terutama generasi milenial, perlu diluruskan. Mereka belajar banyak bukan dari guru, ustadz atau kiai ataupun belajar dari buku. Tetapi, pemahaman mereka lebih banyak dipengaruhi dari medsos.
“Pola pikir masyarakat dipengaruhi medsos, dalam hal agama juga seperti itu,” kata Fachrul di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta, Kamis (12/12/2019).
Pemahaman keagamaan yang tidak komprehensif, kata dia, membuat mereka seakan lebih tahu dari orang yang belajar agama dari kecil di pesantren. Perbedaan pandangan semakin sering terjadi dikarenakan kebebasan menyampaikan dan menerima pandangan dan pemikiran di medsos terbuka lebar.
“Kementerian Agama untuk terus menggelorakan moderasi beragama, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi digital dengan cerdas,” ujarnya.
Dengan penguatan identitas keislaman, jajaran Kemenag harus bisa menguatkan identitas keislaman. Semuanya harus bisa menyampaikan ayat dan hadis dengan tekstual yang benar, termasuk menjabarkan makna kontekstual yang terkandung di dalamnya.