JAKARTA - Bursa Calon Ketua Umum Partai Golkar memanas jelang Musyawarah Nasional pada 3-5 Desember 2019. Namun, memanasnya situasi di partai berlambang beringin ini merupakan sebuah dinamika yang biasa terjadi.
Menurut Pengamat Politik dari Parameter Research Consultant, Edison Lapalelo, memanasnya suhu politik di Partai Golkar jelang Munas memang berdampak pada situasi politik nasional.
Baca Juga: Ini Syarat Caketum Partai Golkar yang Boleh Maju di Munas
"Suka atau tidak suka tentunya dinamika Munas Partai Golkar sangat berdampak pada situasi politik nasional, karena Partai Golkar adalah partai yang komplit secara organisasi. Artinya, Partai Golkar mempunyai sumber daya yang kuat. Sumber daya kadernya, ekonominya partainya, pengalaman partainya sehingga Partai Golkar ini berdampak pada sejarah perpolitikan bangsa dan pergerakan politik luar negeri," kata Edison, Jumat (29/11/2019).
Dua calon kuat, yakni Bambang Soesatyo dan Airlangga Hartarto tentu memiliki dukungan massa yang besar. Edison memprediksi, terkait siapa nanti yang bakal jadi orang nomor satu di Golkar ini.
"Situasi politik nasional secara umum saat ini tentunya menguntungkan Airlangga Hartarto, tetapi bila kita melihat pada segmentasi tradisi politik maka sesungguhnya dari teori tradisi klasik politik memberi pesan bahwa Airlangga Hartarto dipastikan akan kembali jadi Ketua Umum Partai Golkar. Tetapi bila kita menggukan teori tradisi pencerahan politik maka sangat terbuka ruang bagi Bambang Soesatyo untuk dapat mengelola dinamika Munas Golkar," jelas Edison.
Kendati demikian, dia meyakini betul jika sosok Airlangga Hartato lebih unggul. Namun, persaingan antara keduanya bisa dikatakan sangat ketat.
Menurutnya, bila munas dilaksankan hari ini maka akan terjadi pertarungan yang ketat dan secara umum dan terbuka Airlangga Hartarto sedikit lebih unggul karena terbantu oleh situasi politik dan simbolisasi sistem yang sangat kuat.
"Kalau ditanya berapa angka perbandingnya maka dari 100 persen populi vote di Partai Golkar saya berasumsi sampai saat ini Airlangga unggul dengan 47 persen, 40 persen, 13 persen. Artinya 47 persen mendukung Airlangga, 40 persen mendukung Bambang Soesatyo dan 13 persen dukunganya masih bersayap (swing vote)," papar Edison.