JAKARTA – Hari ini tepat 111 tahun meninggalnya Cut Nyak Dien. Pahlawan wanita inspiratif dari Aceh ini lahir pada tahun 1848 dari keluarga bangsawan yang agamis di Aceh Besar. Dari garis ayahnya, Cut Nyak Dien merupakan keturunan langsung Sultan Aceh.
Ketika usianya menginjak 12 tahun, Cut Nyak Dien dinikahkan dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga pada tahun 1862 yang juga berasal dari keluarga bangsawan. Setelah 16 tahun menikah dengan Cut Nyak Dien, Teuku Cek Ibrahim Lamnga gugur di medan perang.
Mengutip dari laman Wikipedia, pada tahun kedua kematian suami pertamanya, Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Umar. Pasangan ini dikaruniai satu orang anak bernama Cut Gambang. Namun, pada 11 Februari 1899 Teuku Umar gugur.
Â
Ditinggal dua orang terkasih tidak membuat Cut Nyak Dien berhenti berjuang. Ia tetap maju melawan penjajah sendirian di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya.
 Baca juga: Peristiwa 6 November: Cut Nyak Dhien Meninggal Dunia
Usianya yang saat itu sudah relatif tua serta kondisi tubuh yang digerogoti berbagai penyakit, membuat salah seorang pasukannya yang bernama Pang Laot melaporkan keberadaan Cut Nyak Dien kepada Belanda. Cut Nyak Dien bisa diserahkan ke Belanda dengan syarat bahwa Belanda merawat Cut Nyak Dien dengan baik.
Takut akan keberadaannya menambah semangat perlawanan rakyat Aceh, Belanda dengan taktik liciknya menangkap dan mengasingkan Cut Nyak Dien ke Sumedang pada 1906. Selama pengasingan, Cut Nyak Dien tinggal di sebuah rumah bersama dua penjaganya. Cut Nyak Dien diserahkan kepada Bupati Sumedang dan dirawat oleh KH Ilyas.
“Sosok Cut Nyak Dien sangat berarti bagi warga Sumedang. Semasa pembuangan, Cut Nyak Dien sering mengajarkan warga membenarkan tajwid Alquran dan memberikan dakwah dalam bahasa Arab,” ujar Dadang, keluarga dari KH Ilyas yang menjaga Cut Nyak Dien.
Baca Juga: Peringati Hari Lahir Pancasila, Pengawas KKP Lakukan Upacara Bawah Laut