Prinsipnya sama seperti singkong. Umbi mengandung pati yang merupakan sumber karbohidrat. Dan kendati julukan "bunga bangkai" yang disandang A. paeoniifolius membuat kita membayangkan bau tidak sedap, umbinya sama sekali tidak bau, kata Yuzammi.
Faktanya, menurut Yuzammi, umbi A. paeoniifolius telah dimanfaatkan beberapa warga di Jawa timur sebagai pangan selingan. "Cara memasaknya cukup dikukus dan diberi bumbu kelapa dan garam," ujarnya.
Namun Yuzammi mewanti-wanti bahwa tidak semua bunga bangkai bisa dimakan. Ada dua kultivar A. paeoniifolius, yaitu walur yang berbatang sangat kasar dan suweg yang batangnya tidak begitu kasar. Dari kedua itu, hanya suweg yang bisa dimakan karena kandungan oksalat di dalamnya lebih rendah sehingga tidak menimbulkan rasa gatal ketika dimakan.
Penelitian di Kebun Raya Bogor bermaksud menciptakan makanan yang lebih beragam. Sejauh ini, tim peneliti telah berhasil mengolah tepung dari umbi suweg menjadi berbagai penganan seperti cistik, brownies kukus, kue onde, dan opak.
"Kami juga sudah uji organoleptik (uji bau dan rasa) dan oke, masyarakat bisa menerima itu," ungkap Yuzammi.
Penelitian di IPB bahkan menemukan bahwa produk olahan suweg memiliki indeks glikemik yang rendah, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai pangan utama bagi penderita diabetes.
(qlh)