BUNGA bangkai yang ditemukan di permukiman di Sukabumi dan Kudus bukan tumbuhan langka, menurut pakar botani.
Peneliti di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Rosniati Apriani Risna yang melakukan identifikasi lewat foto, mengonfirmasi bahwa tumbuhan yang ditemukan di Sukabumi dan Kudus adalah jenis bunga bangkai dengan nama ilmiah Amorphophallus paeoniifolius.
Ia juga dikenal dengan nama lokalnya, suweg atau ileus.
Spesies tersebut masih satu genus dengan bunga bangkai raksasa, Amorphophallus titanum, yang ditanam di Kebun Raya Bogor. Bedanya, A. paeoniifolius tidak tergolong tumbuhan langka. Bau busuknya pun tidak sekuat kerabatnya itu.
Sebelumnya, bunga yang menguarkan bau menyengat ditemukan di sepetak lahan kosong di Kecamatan Cikole, Sukabumi, Jawa Barat pada Sabtu dua pekan lalu (13/10). Koran lokal melaporkan, bunga tersebut ditemukan secara tidak sengaja ketika pengelola lahan sedang bersih-bersih.
"Saya biasa setiap pagi ke lahan kosong ini, kadang bersih-bersih karena pemiliknya warga Jakarta. Tahu ini bunga Rafflesia yang katanya cukup langka dari warga yang melintas," kata Siti Suaedah (50) kepada Radar Sukabumi.
(Baca juga: Uniknya Amorphopallus Titanum, Bunga Bangkai yang Ditemukan Warga Mekar di Kebun)
Penemuan ini sontak mengundang minat masyarakat. Beberapa warga mengira bunga tersebut adalah bunga bangkai yang langka, dan menyebutnya Rafflesia. Bahkan, untuk menjaga bunga itu sengaja dibuat pembatas dari kayu.
Bunga bangkai kembali ditemukan pada akhir pekan lalu, yaitu Minggu (21/10), di pekarangan rumah warga di Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Lagi-lagi, temuan ini menarik perhatian masyarakat setempat.
Umum di Indonesia
Namun penemuan bunga bangkai tersebut sebenarnya hal biasa, kata peneliti Kebun Raya Bogor Rosniati Apriani Risna. "A. paeoniifolius umum di Indonesia, terutama di Pulau Jawa," ujarnya.
Sementara kerabatnya, Amorphophallus titanum, adalah tumbuhan endemik Sumatera.
Ketika disodorkan fotonya, Risna mengenali A. paeoniifolius berdasarkan ciri khas yaitu tongkol (appendix) – bagian yang menjulang ke atas – yang membesar dan seludang atau 'mahkota bunga' yang berbentuk seperti lonceng atau bell-shaped.
Tanaman tersebut bisa berakhir di tengah-tengah permukiman warga mungkin karena disebarkan oleh hewan, kata peneliti lainnya di Kebun Raya Bogor Yuzammi.
Yuzammi, yang penelitiannya berfokus pada suku talas-talasan atau Araceae, menjelaskan bahwa A. paeoniifolius berbunga di sepanjang tahun. Perlu dua tanaman yang berbunga di saat bersamaan untuk terjadi penyerbukan. "Kalau sudah terjadi penyerbukan, terbentuk buah, buahnya dimakan oleh binatang dan (bijinya) bisa tercecer di mana saja dari kotoran binatang itu," ujarnya.
Sementara bunga bangkai raksasa A. titanum berbunga setiap tiga sampai lima tahun sekali sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan, yang menjadikannya tanaman langka.
Genus Amorphophallus adalah bagian dari suku Araceae atau talas-talasan. Menurut Yuzammi, terdapat 26 jenis Amorphophallus yang tersebar di seluruh Indonesia.
Berbeda dari Rafflesia
Perlu dicamkan, Amorphophallus berbeda dari Rafflesia, meski keduanya dijuluki bunga bangkai.
Rafflesia adalah tanaman parasit, yang mendapatkan nutrisi dari inangnya, dan karena itu tidak memiliki batang maupun daun (karena tidak perlu fotosintesis). Tumbuhan ini biasanya bersimbiosis dengan tanaman merambat dari genus Tetrastigma. "Dia ibarat kutil," kata Yuzammi.
Sedangkan Amorphophallus adalah tumbuhan asli atau mandiri, yang mengolah makanannya sendiri dan menyimpan cadangan makanan dalam bentuk umbi. Namun demikian, ia disebut sebagai tumbuhan primitif.
Bentuk yang dikira orang awam sebagai bunga sebenarnya adalah tanaman utuh. Bunga sebenarnya tersimpan di dalam struktur yang menjulang ke atas atau tongkol.
"Di dalam tongkol ada bunga jantan dan betina. Bunga jantan dan bunga betina terpisah. Masing-masing bunga tidak mempunyai kelopak, yang merupakan ciri tumbuhan primitif," tutur Yuzammi.
Sedangkan bagian yang mirip mahkota bunga disebut seludang, yang berfungsi melindungi calon buah jika terjadi pembuahan. Warnanya yang cerah juga menarik serangga penyerbuk.
Adapun bau busuk berfungsi untuk menarik perhatian serangga penyerbuk tertentu. Bunga Amorphophallus mekar pada malam hari sehingga membutuhkan serangga malam yang mampu terbang jauh seperti lebah, ngengat, atau lalat hijau — semuanya tertarik pada bau busuk.
Bisa dimakan
Salah satu riset yang tengah dilakukan di Kebun Raya Bogor adalah mengembangkan umbi dari bunga bangkai A. paeoniifolius menjadi sumber pangan fungsional.