JAKARTA - Presiden Indonesia keempat (alm) Abdurahman Wahid (Gus Dur) menghindari adanya 'pertumpahan darah' di balik pemakzulannya dari kursi pimpinan negeri ini. Gus Dur melarang adanya pasukan rela mati yang melakukan perlawanan atas pelengserannya itu.
Ikhlas dan bijaksana sebagai sikap yang diambil, meskipun Gus Dur dilengserkan dalam Sidang Istimewa MPR/DPR tahun 2001 silam. Padahal, di sisi lain keputusan itu, menyulut kemarahan para santri dan simpatisan garis keras dari pria kelahiran Jombang tersebut.
"Gus Dur melarang (simpatisan menggelar aksi), malah beberapa bulan sebelumnya saat keliling pesantren karena mereka mau turun, Gus Dur meminta untuk mengurungkan niat itu," ungkap mantan Juru Bicara Presiden Gus Dur, Adhie Massardi saat berbincang dengan Okezone.
Eskalasi politik memanas setelah adanya pergantian Gus Dur ke Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden Indonesia. Loyalis rela mati untuk Gus Dur sudah sempat melontarkan protes dan turun ke jalan saat sidang istimewa berjalan dan beberapa setelah itu.
Para simpatisan Gus Dur menilai bahwa sosok Kiai yang dijadikan panutannya itu telah didzalmi oleh beberapa kelompok elite politik. Basis massa yang dipelopori oleh Nahdliyin sempat mengepung Istana Negara untuk mempertahankan Gus Dur sebagai presiden setelah dikudeta oleh parlemen.
Adhie Massardi
(Baca Juga: 17 Tahun Silam, Dekrit dan Celana Pendek Gus Dur)
Meskipun mendapatkan dukungan deras dari para loyalisnya, tak membuat Gus Dur gegabah dalam mengambil sikap politik. Salah satu Kiai Nahdlatul Ulama (NU) itu jusrtu menyikapinya dengan tenang dan arif.
Ketenangan Gus Dur bahkan tersirat dalam sikapnya setelah mengetahui hasil Sidang Istimewa yang dikomandoi oleh Amien Rais tersebut. Bukannya marah, Gus Dur malah tertawa melihat 'akrobatik politik' para elite pejabat dalam menyikapi situasi nasional pasca-orde baru.
Padahal Gus Dur merupakan presiden pilihan yang ditentukan dalam Sidang Istimewa tahun 1999. Dia terpilih menjadi Presiden Indonesia ke-empat setelah proses panjang perjuangan reformasi.
Gus Dur, diceritakan Adhie, sempat menenangkan para simpatisannya yang marah besar kepada sikap para eliter partai politik di parlemen. Menurutnya, Gus Dur menyampaikan kepada loyalisnya, semua itu hanyalah masalah konstelasi perpolitikan di Indonesia.
(Baca Juga: Gus Dur Sudah Ingin Dilengserkan Meski Dekrit Belum Dikeluarkan)
Sehingga, Gus Dur menilai, aksi protes yang berpotensi terjadinya 'pertumpahan darah' tidaklah benar dan akan sia-sia.
"Gus Dur bilang ini masalah politik, kemana-kemana dia bilang gitu. Ini urusan politik soal kalah-menang tak perlu, karena kalau Gus Dur turunkan massa pasti akan pertumpahan darah," tutur Adhie yang juga loyalis Gus Dur.
Dibalik pelengseran Gus Dur, sempat tersiar kabar bahwa, jutaan santri, Ustaz dan Kiai di Jawa Timur ingin berangkat ke Jakarta untuk protes atas pemakzulan Gus Dur. Tetapi, niat mereka diurungkan lantaran sosok panutannya langsung melarang melakukan hal tersebut.
"Itu memang iya (rencana jutaan simpatisan Gus Dur di Jawa Timur ke Jakarta) tetapi, Gus Dur kan pedomannya tak boleh hanya urusan jabatan terjadi adanya setetes darah," ujar Adhie.