JAKARTA - Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna H Laoly mengatakan, pihaknya akan mengaji langkah yang akan diambil terkait puluhan Muslim Rohingya yang terdampar di Pantai Kuala Raja, Kabupaten Bireun, Provinsi Aceh, pada Jumat 20 April 2018.
"Ini kan urusan kemanusiaan ada. Tetapi pada saat yang sama ketika dia sudah masuk nanti harus di teliti dulu," ujar Yasonna usai bertemu Menko Polhukam Wiranto di Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Senin (23/4/2018).
Pemerintah pusat, kata dia, akan melibatkan pemerintah daerah dan organisasi internasional untuk membahas pengungsi yang masuk ke Indonesia, di antaranya International Organization for Migration (IOM) atau Organisasi Internasional untuk Migrasi, serta United Nation High Commissioner for Refugees (UNHCR) atau Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi.
"Kita Kan libatkan IOM juga UNHCR, imigrasi dan pemda untuk membahas hal itu. Untuk nasibnya, biar nanti pemda ada perpres yang mengatur itu. Nanti kita akan kerjasama dan kita akan lihat," jelas Yasonna.
Yasonna mengingatkan, pemda harus ikut membantu menangani pengungsi sebagaimana aturan dalam Perpres Nomor 125 Tahun 2016. Oleh karenanya, ia berharap Pemda Aceh beserta IOM dan UNHCR dapat terlibat aktif menangani pengungsi asal etnis Rohingya tersebut.
"Ada Perpres yang meminta di dalamnya, pemda juga harus ikut membantu dalam hal fasilitas. Tetapi kita berharap kerjasama (antara) pemda, IOM juga UNHCR, agar kita selesaikan," tutur Yasonna.
(Baca juga: Terdampar di Aceh, 79 Etnis Rohingya Tak Miliki Dokumen Apapun)
Sebanyak 79 orang warga etnis Rohingya kembali terdampar di Pantai Kuala Raja, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh, pada Jumat 20 April 2018, sekira Pukul 14.00 WIB.
Menurut salah satu warga Rohingya yang terdampar, Muhammad Rifai (42), mereka melarikan diri dari Myanmar karena terjadi 'perang panas'. "Sehingga banyak saudara yang lari mengungsi ke negara lain. Membuat kami harus pergi karena tidak mungkin melawan rezim militer yang menggunakan senjata," ujarnya kepada pers.
Muhammad menuturkan, Aceh memang jadi tujuan mereka untuk melarikan diri. Namun begitu, perjuangan untuk bisa sampai ke sana tidaklah mudah. Pasalnya, mereka sempat terombang-ambing di lautan lepas selama delapan hari. Parahnya, lima orang dari mereka dalam kondisi sakit.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Aceh, Al Hudri menyebutkan, pemerintah Aceh akan memberikan bantuan dan penampungan sementara untuk para etnis Rohingya. Kata Hudri, pihaknya akan melakukan rapat untuk menentukan durasi penampungan. Kini, para pengungsi Rohingya itu telah dievakuasi di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bireuen.
Follow Berita Okezone di Google News
(qlh)