JAKARTA - Malam itu, Selasa 22 Juli 2014, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) sebagai pemenang Pilpres 2014. Jokowi-JK meraih suara sebesar 53,15 persen mengalahkan lawannya Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang mendapatkan suara 46,85 persen.
Tak terasa, sudah hampir 4 tahun Jokowi-JK memimpin Indonesia. Suasana pemilihan presiden perlahan mulai terasa. Satu per satu tokoh, pengamat dan petinggi partai mulai bersuara, soal siapakah yang akan bertarung di Pilpres 2019.
Satu nama yang hampir pasti tentu saja Jokowi yang kini makin mantap dengan resminya dukungan dari PDI Perjuangan (PDIP) dan Partai Golkar. Pria asal Solo itu kini tinggal menakar siapa yang akan dijadikan pasangannya sebagai cawapres dan mencari tahu siapa yang akan jadi lawannya nanti.
Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra rupanya masih digadang maju di Pilpres 2019. Internal partai berlambang kepala burung garuda itu mengatakan bahwa pihaknya masih percaya diri kembali mencalonkan Prabowo sebagai calon presiden. "Seluruh jajaran dari pusat sampai bawah bahkan dari ormas, dan sayap partai menginginkan Prabowo jadi capres di Pilpres 2019," ujar Ketua DPP Partai Gerindra, Selasa 27 Februari 2018.
(Baca juga: Gerindra Tegaskan Prabowo Tak Minder Lawan Jokowi Lagi di Pilpres)
Tak hanya itu, Riza juga yakin mantan Danjen Kopassus itu kali ini akan menumbangkan kedigdayaan lawannya, termasuk Jokowi. "Kami optimistis Bapak Prabowo tak hanya jadi calon presiden, tapi juga memenangkan Pemilu 2019, sehingga bisa membangun Indonesia yang lebih baik dan sejahtera," ucapnya pede.
Opsi Jokowi-Prabowo
Ada satu opsi menarik yang belakangan muncul, yakni bukan menjadikan Jokowi dan Prabowo sebagai lawan, malahan memasangkan keduanya sebagai pasangan.
Opsi itu di antaranya diutarakan oleh Wakil Ketua II Koordinator Bidang Pratama Partai Golkar, Bambang Soesatyo alias Bamsoet. Menurutnya, 'perjodohan' dua tokoh ini akan mengurangi tajamnya pertarungan di 2019. Mengingat, perlu dua tahun setelah Pilpres 2014 bagi masyarakat untuk pulih seutuhnya dari 'kubu-kubuan'.
"Yang paling bagus buat bangsa kita supaya tidak ada lagi pertarungan tajam antara para capres yang kemudian menyisakan luka dan recovery-nya lama, ya sudah kalau Pak JK tidak boleh (karena tersandung regulasi), maka yang ideal adalah pasangan Jokowi-Prabowo," kata Bamsoet di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin 26 Februari 2018.
(Baca juga: Jokowi-Prabowo Pasangan Ideal di Pilpres 2019)
Makin jauh, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) kemudian merilis hasil survei bahwa 67 persen warga setuju jika Jokowi dipasangkan dengan Prabowo. Survei dilakukan pada 7-13 Desember 2017 dengan melibatkan 1.220 responden. Sampel ditarik secara multistage random sampling dengan margin of error-nya 3,1 %.
Dukungan soal opsi ini juga dikemukakan oleh Sekretaris Jenderal PPP, Arsul Sani. Bahkan dia mengungkap, wacana ini pernah didiskusikan Ketua Umum PPP Muhammad Romahurmuziy dengan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu.
"Artinya kalau Pak Prabowo bersedia menjadi cawapresnya Pak Jokowi, PPP ikut mendukung," ujar Arsul di Jakarta, Selasa 26 Februari 2018.
Sama halnya dengan Bamsoet, Arsul juga berpandangan bahwa terbentuknya pasangan ini akan menghindarkan masyarakat dari konflik yang bisa berujung perpecahan.
Jawaban Prabowo
Follow Berita Okezone di Google News