MAKKAH - Perceraian identik dengan perseteruan dan berujung sakit hati. Tapi hal itu tampaknya tidak berlaku untuk Nurdin El Parisi.
Jamaah haji asal Lombok Timur itu sudah berdamai dengan dirinya sendiri sehingga berbesar hati menyempatkan diri mengumrahkah para mantan istrinya. "Yang sudah cerai dan saya umrahkan ada dua. Bagaimanapun itu kan bekas istri kita," ujarnya, Kamis (6/10/2016).
Selama musim haji, lelaki yang menikah lima kali ini mengaku sudah delapan kali melaksanakan umrah sunnah. Mayoritas dihadiahkan ke orang lain alias badal umrah.
Di antaranya, untuk orang tua yang sudah meninggal, anak serta para istrinya. "Sekarang istri saya tinggal satu," ujarnya.
Ikhtiar Nurdin mengumrahkan para mantan istrinya patut diapresiasi lantaran membutuhkan usaha dan kesungguhan hati. Pelaksanaan umrah sunnah tidak difasilitasi oleh pemerintah sehingga jamaah harus mengurus sendiri keperluannya, seperti transportasi menuju lokasi miqot, Masjidil Haram dan pemondokan.
"Saat umrah pertama dan yang kedelapan enggak enak badan, tapi tetap saya berangkat umrah. Alhamdulillah selesai juga," tutur bapak tujuh anak tersebut.
Dia mengaku harus merogok kocek sebesar 10 sampai 20 riyal tiap kali jalan untuk membayar ongkos taksi menuju lokasi miqot di Tanim, Jiranah atau Hudaibiyah. Nominal ini belum termasuk ongkos menuju Masjidil Haram menggunakan jasa transportasi umum.
Tapi bagi dia, uang sebesar itu tak seberapa demi beribadah dan menunjukkan kepedulian terhadap orang-orang yang pernah mengisi hatinya.
Kini jamaah kloter 8 asal Desa Puhgading, Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur itu telah bertolak ke Madinah untuk melaksanakan ibadah Arbain. Selama di Raudhoh, di dekat makam Rasulullah SAW dia berjanji akan terus melangitkan doa-doa untuk orang-orang terkasih.
Follow Berita Okezone di Google News
(aky)